April 17, 2024

Bu Hari dan Warung Berbagi, Makan Secukupnya Bayar Seikhlasnya

[Parokiminomartani.com] – Kita tentu masih ingat tentang peristiwa atau aksi 212 pada tahun 2017 yang menyita perhatian rakyat Indonesia. Namun 212 kali ini adalah peristiwa bersejarah bagi Ibu Gabriel Elisabeth Murtiari Dwi Susanti atau yang lebih dikenal dengan sapaan bu Hari, seorang umat di Lingkungan Santo Ignatius, Wilayah Korintus, Paroki Minomartani.

212 adalah saat di mana  Bu Hari mendirikan Warung Makan “Berbagi” di rumah miliknya di Jalan Gurameh Raya A-5, Perumnas Minomartani, Ngaglik, Sleman.  Warung ini bukan saja unik tapi juga boleh dikatakan luar biasa.

Bagaimana tidak? Di warung ini, Bu Hari yang oleh warga Minomartani terkenal sebagai pemilik Toko Roti yang pertama di Perumnas Minomartani “Karya Boga”, namun sekarang sudah tutup, menyediakan makanan dengan menu yang terbilang komplit dan cukup enak. Lantas di manakah uniknya? Sabar … di warung ini kita dapat makan sepuasnya dan membayar seikhlasnya, bahkan tidak membayar alias gratis pun bisa. Luar biasa, bukan.

Begitu mampir ke warung “Berbagi”, Bu Hari langsung mempesilakan tamu yang datang untuk mengabil nasi, lauk dan sayur sesukanya. Sesuai selera. Hari ini, Rabu, 23 Januari 2019, Bu Hari menyiapkan 8 jenis menu lauk dan sayuran, yakni ayam goreng, ayam bumbu bali, lele goreng, tempe goreng, oseng-oseng tempe, sambel goreng kentang, sop dan sayur lodeh. Minumannya, ada air putih dan teh hangat.

“Setelah habis makan, mangga silakan memasukan uang seikhlasnya ke kotak yang sudah disesdiakan. Berapapun terserah. Bahkan kalau tidak membayarpun terserah. Saya sangat bahagia kalau makanan yang saya siapkan habis,” ujar Bu Hari yang selalu  melepaskan senyum dan memperlihatkan wajahnya yang cantik walaupun usianya kini 72 tahun.

Membuka warung makan sebenarnya niat yang sudah lama terpendam dalam diri Bu Hari. Setelah toko rotinya tidak lagi dibuka, niat itu sudah mulai digagas. Namun suaminya yang kemudian menderita sakit selama empat tahun membuat niat itu diurungkan. “Saya fokus menjaga suami selama sakitnya. Tanggal 7 Juli 2018, suami saya meninggal dunia. Dipanggil menghadap Bapa di Surga.”

Setelah kematian suami tercinta, niat ini dibicarakan bersama ana-anakknya yang semuanya sudah mentas membentuk rumah tangga sendiri dan mendapat dukungan. “Karena didukung anak-anak, saya makin mantap. Tanggal 2 Desember 2018 warung ini mulai dibuka.”

Mengapa memasak? “Karena saya hobinya memasak. Dan saya memang hanya bisa memasak. Saya tidak bisa kalau diajak berorganisasi. Dan saya juga orang rumahan, tidak bisa naik kendaran bermotor dan malas kalau disuruh jalan-jalan. Jadi saya mulai membuka warung untuk berbagi dengan sesama.”

Warung Berbagi milik Bu Hari ini hanya buka selama tiga hari dalam seminggu, yakni Senin, Rabu dan Jumat. “Kalau hari lainnya saya berolahraga joging dengan ibu-ibu satu lingkungan di sekitar perumnas. Biar sehat saja,” katanya. (Fr. Fransiskus Ferdy Turnawan, MSF)

Paroki Minomartani