Cerpen Renungan: Menjaga Martabat dan Harga Diri Sesama
[Parokiminomartani.com] – Si Dul yang baru palang olah raga jalan kaki langsung menjumpai Tinul yang sedang mengeringkan baju yang baru selesai di cuci. ” Nul … tak omong sebentar … tadi aku ketemu orang-orang yang suka jalan pagi … waktu jalan bareng bersama mereka, aku tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka tentang mbakyu Welas.”
Tinul: “Opo sing diomongke mereka Dul?”
Dul: “Mereka itu ngomongke kalau mbakyu Welas itu katanya sekarang tidak mau kumpul-kumpul lagi sama ibu-ibu karena kalau pas kumpul-kumpul malah jadi bahan omongan mereka.”
Tinul: “Lha mbakyu Welas kan jadi pengurus di kelompok ibu-ibu itu tho … sejauh saya tahu justru sejak mbakyu Welas ikut terlibat ngurusi … kumpulan ibu-ibu itu jadi baik … lha jeleknya di mana Dul?”
Dul: “Weeeh ya aku juga tahu Nul … tanya mereka yang membuat mbakyu Welas jadi seperti itu.”
Tinul: “Pantas sekarang jarang aku lihat mbakyu Welas ikut kumpul-kumpul … wah rugi sebenarnya ya Dul … potensi dan kemampuan mbakyu Welas jadi mati dan tidak berbuah … padahal kalau berbuah kita semua yang pasti akan menikmatinya.”
Dul: “Benar Nul … kasihan mbakyu Welas … gara-gara omongan yang ga jelas … memang Orang yang paling kejam di dunia ini adalah orang yang membunuh bukan dengan senjata melainkan dengan kata-kata. Kalau orang membunuh dengan senjata akan menghilangkan nyawa tapi orang yang membunuh dengan kata-kata itu menghilangkan martabat dan harga diri manusia … ini namanya penyesatan …. ga ada bedanya mereka itu seperti setan yang membujuk ibu hawa.”
Tinul: “Benar Dul tapi ini hawane kudu gel ngrampungke pemeni cucian … wis tak jemur cucian sik … wegah mikirke menungso sing atine ora resek … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 16 Januari 2018, Romo Andita)