Jejak Wilayah Paroki Minomartani (3): Betlehem Sebuah Harapan
Betlehem dalam bahasa Ibrani Kuna (bêth lehem) berarti “rumah roti”, sedangkan dalam bahasa Arab (bayt laḥm) berarti “rumah daging”. Secara territorial, Betlehem merupakan bagian dari Yudea yang sekarang masuk wilayah Palestina. Betlehem ibarat sebuah kecamatan, sedangkan Yudea kabupaten. Letaknya di wilayah tepi barat Sungai Yordan yang hingga saat ini terus disengketakan dan diperebutkan oleh Palestina dan Israel. Betlehem berjarak sekitar 7 mil arah barat laut Nazaret, dan sekitar 10 mil di sebelah selatan Yerusalem.
Lama sejak sebelum Kristus lahir, Betlehem telah diyakini sebagai tempat suci untuk kehadiran Allah. Sebutannya “Betlehem Efrata” (Mikha 5:1), “Betlehem-Yehuda” (1 Samuel 17:12), dan “kota Daud” (Lukas 2:4). Tempat ini pertama kali dicatat dalam Kitab Suci sebagai tempat Rahel (atau Rachel) meninggal dan dikuburkan (Kejadian 48:7). Betlehem juga menjadi tempat asal Yonatan bin Gersom bin Musa dari suku Lewi (Hakim-hakim: 17-18), serta gundik dari seorang Lewi yang kemudian menjadi penyebab peperangan orang Israel dengan bani Benyamin (Hakim-hakim: 19-21). Lembah di sebelah timur adalah tempat berlangsungnya kisah Rut (atau Ruth) orang Moab, yakni ladang-ladang tempat ia memetik gandum, dan jalan yang ditempuhnya ketika ia dan Naomi kembali ke kota (Kitab Rut: 1-4). Lebih penting dari semua itu adalah bahwa Betlehem merupakan tempat kelahiran Daud, raja kedua Israel. Dari sebuah sumur di Betlehem, Daud yang bersembunyi di dalam goa mendapat kiriman air melalui tiga perwiranya. Di Betlehem pula Daud diurapi menjadi raja oleh Samuel (1 Samuel 16:4-13).
Dalam perikop tentang kelahiran Tuhan Yesus (Lukas, 2: 2-7), dikisahkan Bunda Maria dan Bapa Yusuf pergi dari Nazaret (di Galilea) ke Yudea untuk mendaftarkan diri dalam rangka sensus yang diperintahkan oleh Kaisar Agustus. Namun, sesampai di Betlehem, Bunda Maria tiba saatnya melahirkan. Karena semua penginapan telah penuh dan tidak ada rumah yang bersedia menampung mereka, Bunda Maria dan Bapa Yusup pun terpaksa singgah di sebuah goa yang sekaligus digunakan sebagai kandang. Di situlah, akhirnya Bayi Yesus lahir, di palungan (tempat pakan) dan dikelilingi para gembala lengkap dengan ternak gembalaan mereka. Melalui kelahiran di goa-kandang, di tengah kerumunan para gembala dan satwa piaraan itulah kemanusiaan Allah Sang Putra justru tampak nyata sekaligus megah.
Kelahiran Tuhan Yesus membawa berkah bagi Betlehem beserta warganya. Sebagai tempat suci, saat ini Betlehem dikenal sebagai kota wisata. Pada ketinggian sekitar 765 meter (2.510 kaki) di atas permukaan laut, Betlehem menjadi tempat wisata ziarah yang mashur. Kota raya Betlehem mencakup kota kecil Beit Jala dan Beit Sahour.
Di tengah kota kelahiran Tuhan Yesus ini berdiri megah Gereja Kelahiran yang dibangun oleh Konstantin Agung pada tahun 330 M. Gereja ini berada di atas sebuah gua yang dalam bahasa Inggris disebut Holy Crypt atau “Goa Suci” yang tidak lain merupakan tempat Tuhan Yesus lahir. Gereja Kelahiran merupakan gereja tertua di dunia. Di dekat “Goa Suci” terdapat sebuah gua lainnya. Di goa ini Santo Hieronimus menghabiskan tiga puluh tahun hidupnya untuk menerjemahkan Alkitab dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Pada tahun 1973 Tahta Suci Vatikan mendirikan Universitas Betlehem yang sekarang telah berkembang menjadi lembaga pendidikan yang besar.
Jejak di Paroki
Betlehem merupakan tempat lahir Tuhan Yesus sehingga dipilih sebagai nama wilayah yang menaungi lingkungan Sang Timur (Perumahan Atma Jaya, Perumahan Ngori Indah, Perumahan Taman Krajan, Perumahan Amanusa, dan Dusun Krajan) beserta 3 lingkungan di Perumahan Jambusari, yaitu St. Agustinus, St. Alexander, dan St. Gregorius Agung.
Semangat kelahiran mewarnai wilayah Betlehem. Mengapa? Karena di wilayah ini terus lahir permukiman-permukiman baru yang disertai hadirnya umat di paroki Minomartani. Hal itu terjadi karena wilayah Betlehem, terutama kawasan Perumahan Atma Jaya di Dusun Ngori dan perumahan di Dusun Krajan masih memiliki lahan kosong yang berpotensi dibangun hunian-hunian baru. Lahan-lahan kosong itu ibarat goa-kandang Yesus yang siap menjadi tempat “kelahiran” bagi umat baru yang berpindah ke paroki Minomartani. Atau umat baru berupa bayi-bayi mungil yang lahir dari keluarga-keluarga muda yang tinggal di wilayah Betlehem ini. (©PAS, dari berbagai sumber)