Minggu Palma 2024

Hosana Terpujilah Kristus Pembaharu Dunia, suara lantang koor menyanyikan lagu untuk mengiringi perarakan pagi itu, Minggu pagi 24 Maret’24 adalah Perayaan Minggu Palma di Paroki Minomartani diawali dengan pemberkatan daun palma yang di letakkan di pintu gerbang gereja St Petrus & Paulus Minomartani

Pastor Paroki Marcus Crisinus Sadana Hadiwardaya, MSF memulai Perayaan Ekaristi Minggu Palma dengan upacara pemberkatan daun palma dan doa pembuka.

Perayaan Minggu Palma bertujuan mengenang peristiwa masuknya Yesus ke Kota Yerusalem sebelum dirinya dikorbankan dengan cara disalib.

Pada Minggu Palma para umat yang mengikuti perayaan tersebut memegang daun palma sebagai simbol kemenangan akan Kristus bangkit dari kematian.

Tata hias gereja dan altar pun berhias dengan rangkaian daun palma menambah penghayatan peringatan saat Tuhan Yesus yang dielu elukan dengan megah memasuki kota Yerusalem.

Usai pasio Kisah sengsara Tuhan Yesus dilantunkan oleh petugas liturgi dan Diakon Stefanus Krisna, MSF. dilanjutkan dengan homili dari Romo Sadana.

Tuhan Yesus dalam kehidupannya beberapa kali meminjam dari lahir meminjam palungan, meminjam perahu untuk menyeberang, meminjam roti dan ikan untuk kemudian dilipat gandakan, keledai untuk dikendarainya dan bahkan makampun meminjam dari Yusup Arimatea demikian Romo Sadana MSF mengawali homilinya.

Patut direnungkan :

Keledai dipinjamkan kepada Yesus untuk memasuki kota Yerusalem, mengapa Yeus memilih keledai karena keledai adalah hewan yang mempunyai ketangguhan akan beban yang besar untuk ditumpangi. Yesus meminjam keledai dengan perkataan bahwa Tuhan memerlukan.

Demikian dalam kehidupan kita bukan berarti jika Tuhan memerlukan kita dengan serta merta semua kesulitan ataupu sakit penyakit akan lenyap, akan tetapi Tuhan punya rencana atas kita.

Kita semua bisa dikatakan sebagai keledai keledai Tuhan sehingga jika ada sorak sorai atau pujian bagi kita itu semua adalah pujian kepada Tuhan bagi kemuliaan TahtaNya.

Sehingga kita diajak untuk mengenali diri sendiri siapa kita dihadapan Tuhan, yaitu keledai yang ditunggangi bukan si penunggangnya dengan semakin hari menjadi pribadi yang rendah hati.