Cerpen Renungan: Menerima dan Menyukuri Kelebihan Orang Lain
[Parokiminomartani.com] – Seperti biasa Tinul menyiapkan sarapan sebelum aktivitas hariannya sambil senyum-senyum sendiri. “Weeeh ora kebablasan lho susah nanti kalau sampai kebablasan,” sapa Gombloh yang heran melihat Tinul senyum-senyum sendiri.
Tinul: “Hhhhhhhhhh … santai Mbloh … ga akan kebablasan … karena kalau kamu tahu apa yang membuat aku tertawa pasti kamu juga akan tertawa.”
Gombloh: “Emang opo je Nul yang buat kamu ketawa … cerita Nul biar pagi-pagi ini aku awali dengan senyuman.”
Tinul: “Ini bukan cerita Mbloh … tapi soal salah tingkah mbakyu Prenjak.”
Gombloh: “Weeeeeeleh … kalau soal mbakyu Prenjak … wis-wis ora usah cerita Nul … malah dengarnya hanya akan menambah terbuka lebar pintu neraka untuk aku.”
Tinul: “Ini bukan membicarakan mbakyu Prenjak Mbloh … tapi saya itu ketawa melihat sikapnya mbakyu Prenjak sekarang ini.”
Gombloh: “Lha emang kenapa kok sampai salah tingkah … biasanya dia yang paling percaya diri … paling merasa benar sendiri … paling merasa tahu semuanya … wis kabehlah Nul.”
Tinul: “Hhhhhhhh … ya itulah Mbloh … kemarin itu waktu ketemu sama mbakyu Welas yang selalu jadi rivalnya … mbakyu Prenjak kelihatan bingung … mau senyum bibirnya seperti ga bisa bergerak … mau menyapa mulutnya seperti terkunci … mau memberi jabat tangan tapi lengannya jadi lemah … sementara mbakyu Welas hanya bersikap dingin seperti tidak berjumpa dengan siapa-siapa … wis baru kali ini aku lihat wajah mbakyu Prenjak yang lucu … makanya aku ketawa kalau ingat wajah dia saat itu.”
Gombloh: “Hhhhhhh ya itulah Nul … kita memang mudah untuk merusak dari pada membangun … kita pun lebih mudah untuk menciptakan kebencian dari pada persahabatan … karena kita lebih mempunyai kecenderungan untuk sulit menerima dan menyukuri kebaikan atau kelebihan orang lain.”
Tinul: “Contohe mbakyu Prenjak ya Mbloh?”
Gombloh: “Aku orang ngomong gitu lho Nul … ya kita lihat ajalah orang orang di sekitar kita itu … belajar aja dari mereka.”
Tinul: “Bener Mbloh … belajar dari orang-orang sekitar itu perlu … nah sekarang akan lebih baik lagi kalau kamu mau belajar dari aku Mbloh … belajar untuk menyiapkan sarapan … piye?”
Gombloh: “Oooooo alah Nul … Nul … ngomong kalau mau minta tolong untuk dibantu.”
Tinul: “Belajar peka akan kebutuhan sekitar itu sangat diperlukan Mbloh … biar tidak salah tingkah seperti mbakyu Prenjak … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Senin, 25 Juni 2018, Romo Andita)