Cerpen Renungan: Menerima Diri Sendiri
[Parokiminomartani.com] – Tinul yang sudah tahu benar apa yang didapat ketika belanja di warung Mbok Dharmi sudah tidak lagi peduli apa yang terjadi. Maka sepulang dari belanja Tinul tidak nampak gelisah seperti biasanya. “Njanur gunung Iki Nul … pulang dari mbakyu Dharmi kok kelihatan senyum-senyum.”
Tinul: “Kamu kira aku akan ngomel-ngomel seperti yang sudah-sudah ya Dul … wah rugi kalau seperti itu terus Dul … orang itu harus selalu berproses menuju pada kebaikan.”
Dul: “Weeeh sajake ketemu sing apek-apek ki neng warung-warung mbakyu Dharmi … lha esok-esok wis ngomong sing ngenah.”
Tinul: “Hhhhhhhhhh … ora ya … tetap wae ketemu mereka-mereka yang suka buat siaran hoax.”
Dul: “Berarti hoax nya kurang menggigit ya Nul … lha kamu santai-santai aja.”
Tinul: “Yang namanya hoax itu sama aja Dul … semua mengigit tapi bagiku sudah tidak menggigit lagi … mau hoax atau tidak aku tetap belanja di mbakyu Dharmi … hoax atau tidak mereka tidak membayari belanjaanku … jadi ya dinikmati aja Dul … kalau baik ya kita dengarkan … kalau ga baik yang biar kan aja … anggap seperti angin … dari mana datangnya dan ke mana tujuannya ga pernah ada yang tahu.”
Dul: “Nah … ini baru yang namannya Sarinul yang sudah kembali seperti semula … biasanya sih Nul … orang yang suka buat hoax adalah orang yang belum bisa menerima dirinya sendiri … seperti orang yang bisa menerima kopi pahit tanpa gula.”
Tinul: “Hmmmmm … ujungnya pasti kopinya kamu buat ini tanpa gula ya Dul.”
Dul: “Hhhhhh … iya Nul … gula habis dan belum beli gula…kamu beli ga.”
“Ya ga lah … ini uangnya … beli sana,” teriak Tinul memotong omongan si Dul sambil Tinul menyodorkan uang pada si Dul untuk beli gula.
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Senin, 11 Juni 2018, Romo Andita)