Cerpen Renungan: Roh Tuhan dalam Diri dan Hidup Kita
[Parokiminomartani.com] – dengan terengah-engah seperti selesai kerja berat si Dul pulang dari tempat ibadat dan langsung merebahkan diri di balai-balai samping rumah. Melihat si Dul seperti itu, Tinul yang sedang menjemur pakaian langsung menghampiri, “orang itu kalau pulang dari tempat ibadat biasanya dengan wajah yang bercahaya dan kelihatan bahagia, lha ini pulang dari tempat ibadat kok seperti habis kerja romusa … ngopo je Dul.”
Dul: “Kamu ora ngrasakke Nul … ya baru kali ini aku melihat yang namanya tempat ibadat bukan sebagai tempat untuk sembahyang … malah jadi seperti pasar.”
Tinul: “Maksudnya piye Dul … lha coba pikir … orang datang ke tempat ibadat kan untuk sembahyang, memohon ampun atas dosa-dosanya, memuliakan GUSTI atau melakukan amal kasih yang benar dan tulus lha ini malah membuat tempat ibadat untuk cari keuntungan, cari nama baik, cari jabatan dan cari pujian … wis ora ngenah tenan.”
Tinul: “Katanya kalau mau cari musuh itu paling mudah di tempat ibadah lho Dul.”
Dul: “Lha jelas Nut … lha tidak apa-apa bisa dimusuhi kok … contohnya pakDhe Trimo itu.”
Tinul: “Iya seperti mbakyu Welas juga tho … emang selama kita masih belum mampu sungguh mengerti dan menghargai bahwa di dalam diri dan hidup kita terdapat ROH GUSTI yang suci, selamanya kita juga tidak akan pernah mampu menghargai tempat ibadat sebagai tempat yang suci apalagi memuji dan bersyukur sama GUSTI.”
Dul: “Bener kuwi Nul … akan lebih indah kalau orang datang ke tempat ibadat itu merasakan damai bersatu dengan GUSTI bukan malah seperti masuk neraka.”
Tinul: “Betul … betul … betul … karena seperti neraka panas jadinya kamu terengah-engah sampai berkeringat seperti itu.”
Dul: “Ooooooo … ini gara-gara jalan pulang tadi di kejar anjingnya mbakyu Prenjak … Jan kirek tenan.”
Tinul: “Hehehehehe … Ooooo alah Dul … Dul tak kira kena opo … wis tak gawekke kopi tubruk si ya dienthenni … hehehehe … koyok gajah dioyak tikus ya Dul.”
Dul: “Cilikko wong ya kirek nak nyolongan loro … wis koyok sing nduwe tenan cilik neng omongane banteng dan ngatelke kuping … wis ge ngawe kopi.”
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Rabu, 30 Mei 2018, Romo Andita)