May 3, 2024

Jelajah Wilayah Paroki Minomartani (1): Efesus

Efesus (dalam bahasa Turki Efes, dalam bahasa Inggris Ephesus) berada di wilayah “Asia Kecil”, tepatnya di dekat Selcuk, Provinsi Izmir, Turki. Letaknya sangat strategis, yakni di dataran rendah yang amat subur. Efesus juga dikenal sebagai kota pelabuhan yang ramai dengan memanfaatkan aliran Sungai Cayster. Pada masa Yunani kuna, Efesus merupakan salah satu dari 12 kota yang dikuasai kekaisaran Yunani.

Setelah kekaisaran Yunani digantikan oleh kekaisaran Romawi, Efesus berkembang lebih pesat dan menjadi kota terbesar kedua setelah Roma. Pada abad ke-1 sebelum Yesus lahir, Efesus berpenduduk lebih dari 250.000 jiwa, jumlah yang sangat besar untuk ukuran kota pada saat itu. Dalam perkembangannya, keberadaan Efesus sebagai pusat perdagangan semakin lama semakin mundur, salah satunya akibat pendangkalan pelabuhan yang tidak kuasa menahan endapan Sungai Cayster. Sebagian kota ini bahkan sempat hancur gara-gara gempa bumi pada tahun 614 Masehi.

Dalam sejarah Gereja, Efesus merupakan tempat penting, terutama berkenaan dengan karya misi Santo Paulus. Sebelum kehadiran Santo Paulus, awalnya Gereja atau persekutuan jemaat di Efesus dibangun pertama kali oleh Santo Yohanes Pembaptis yang sempat mengadakan penginjilan di situ. Kemudian datanglah Paulus. Sekitar 3 tahun Santo Paulus mengajar, membangun jemaat, dan menata organisasi Gereja di sana. Setelah meninggalkan Efesus, Paulus terus menyapa dan mendoakan jemaat di Efesus melalui surat-suratnya yang menggugah semangat dan penuh inspirasi.

Pertanyaannya, mengapa Paulus menjadikan Efesus dan jemaat di sana sebagai tujuan surat-suratnya? Surat-surat Paulus kepada jemaat di Efesus ditulis sekitar tahun 57-60 Masehi. Saat itu Paulus sedang dipenjara oleh penguasa Romawi. Rupanya Paulus punya tujuan khusus karena keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Masyarakat Efesus masih melakukan penyembahan kepada dewi Yunani, yakni Dewi Artemis, yang mereka akui sebagai dewi kesuburan. Selain itu, penduduk Efesus juga begitu mendewakan Kaisar Romawi. Melihat keadaan ini, tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan surat-suratnya kepada jemaat di Efesus agar mereka beriman secara benar.

Surat Paulus berisi nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Paulus menekankan “Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala” (Efesus 1:10). Surat Paulus juga menyerukan agar jemaat menghayati makna rencana agung itu, yakni mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.

Di dalam bagian pertama suratnya, Paulus mengemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Allah telah memilih jemaat di Efesus (yang suka menyembah berhala) menjadi umat-Nya. Karena itu, Allah berkenan mengampuni dan membebaskan manusia dari belenggu dosa, yakni dengan mengorbankan Putera-Nya sendiri, Tuhan Yesus Kristus disalib.

Pada bagian kedua, diserukan supaya jemaat hidup rukun dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus. Untuk menunjukkan bahwa umat Allah sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus, Paulus menggunakan beberapa kiasan. Jemaat dikiaskan sebagai tubuh dengan Kristus sebagai kepalanya; atau jemaat seperti sebuah bangunan yang batu sendinya adalah Kristus; atau jemaat seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya.

Paulus sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui Kristus sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya, dan kesucian-Nya.

 

Jejak di Paroki

Tercatat Paulus pernah tiga kali tinggal di Efesus. Yang pertama kira-kira selama 3 bulan (Kis. 18:19–21). Pekerjaan yang dimulainya kemudian diteruskan oleh Apolos bersama Aquila dan Priskila. Pada kunjungan kedua di awal tahun berikutnya, Paulus tinggal di Efesus selama sekitar tiga tahun. Ia melihat bahwa di Efesus banyak kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang. Benar bahwa Gereja di Efesus indentik dengan karya Paulus. Jemaat dibangun dan diperkuat berkat kerja kerasnya di sana. Dari Efesus, Injil menyebar ke luar daerah, hampir di seluruh Asia Kecil. Firman Allah bertumbuh dan berkuasa dengan kuat sekalipun Paulus mengalami banyak tentangan dan penganiayaan.

Pada perjalanan terakhirnya ke Yerusalem, kapal Paulus berlabuh di Miletus, dekat Efesus. Ia mengutus orang untuk memanggil para penatua jemaat di Efesus untuk datang menemuinya, dan ia memberikan wejangan pengutusan perpisahannya karena tidak berharap dapat melihat mereka lagi.

Efesus dipilih menjadi nama wilayah di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani sebab merupakan tempat penting dalam karya misi Santo Paulus. Surat-suratnya kepada jemaat di Efesus memperlihatkan pergulatan iman Paulus yang semula (ketika masih bernama Saulus) menjadi pengejar utama para pengikut Kristus. Kita tentu ingat, Stephanus yang kemudian diakui oleh gereja sebagai “santo pertama” terbunuh di tangan Saulus. Di Efesuslah iman Paulus semakin berkembang, dan bahkan secara total ia mengikuti dan menjadi pembela Kristus.

Wilayah Efesus di Paroki Santo Petrus dan Paulus Minomartani mencakup 3 lingkungan, yaitu St. Yohanes Don Bosco, Sta. Theresia Lisieaux, dan St. Thomas Aquino. Tiga lingkungan itu berada di Perumahan Condongcatur, Dusun Mancasan, dan Dusun Tambakboyo. ©PAS – dari berbagai sumber

 

Paroki Minomartani