April 20, 2024

Keindahan Doa Dalam Lukisan Versi Romo Andita

LUKISAN-LUKISAN itu langsung mengundang decak kagum. Bukan sekadar keunikan media dan peralatan yang digunakan, yakni kertas dan ballpoint, tetapi lebih dikarenakan di balik keindahan yang hadir ternyata terkandung pesan mendalam yang sangat reflektif. Dan pesan-pesan itu, walaupun multitafsir dan sangat subyektif, terasa menyatu dan mengena. Ia hadir sebagai oase rohani yang memberi harapan akan kehidupan iman kita [parokiminomartani.com]

Lukisan
                  Lukisan Rm. Andhita

Terasa ada sesak yang mengganjal hati ketika melihat lukisan tentang Simon dari Kirene yang merangkul Yesus. Di situ gamblang terlihat kedukaan seorang Simon yang sangat marah terhadap kondisi yang terjadi pada Yesus, namun Simon tak berdaya menghadapi tekanan kekuasaan. Dan pada puncaknya, keterpaksaan untuk nrimo diterima dengan sikap legawa oleh Simon. Itulah salah satu dari beberapa lukisan karya Romo Andita.

Akan tetapi, jangan kaget ketika bertanya perihal batasan atau definisi melukis pada Romo Andita. Karena jawaban yang diberikan pasti akan berbeda jauh dengan pengertian umum yag kita pahami atau setidaknya definisi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia terbitan lembaga resmi sekalipun.

Melukis, bagi Romo Andita, bukanlah membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas dan sebagainya, melainkan suatu bentuk ungkapan doa; suatu bentuk meditatif yang merupakan pergulatan hati atas segala keprihatinan yang dirasakan.

“Makanya walaupun banyak orang yang memberi apresiasi terhadap lukisan saya, tetapi saya merasa kurang mampu melukis sesuai pesanan. Bukan apa-apa, tapi karena memang melukis bagi saya adalah inspirasi yang muncul dalam suasana meditatif atas keprihatinan yang saya rasakan,” ujar Romo Andita, Rabu (20/1/2016).

Darah seni mengalir dari sang ayah yang pandai membuat lukisan teralis pada jendela. “Tanpa gambar, ayah saya bisa membuat lukisan teralis. Saya sendiri sejak kecil sudah senang menggambar. Di SMP mulai menggambar di kanvas. Waktu SMA pernah ikut lomba gambar. Kemudian waktu di seminar saya mulai melukis kartun atau lukisan dekoratif lainnya terutama bunga dan ikan.”

Lukisan dengan menggunakan media kertas dan ballpoint sebagai alat mulai dicoba oleh Romo Andita ketika bertugas sebagai pastor di Tanjung Selor (Kalimantan Timur). “Lukisan saya yang pertama menggunakan ballpoint dinatas kertas manila tentang Adam dan Hawa. Lukisannya diminta oleh kakak saya. Setelah itu, inspirasi untuk melukis terus mengalir. Sudah tidak terhitung jumlahnya. Ada juga  yang diminati dan dibawa orang. Ada yang dipasang di Wisma Nazareth di Banteng, jalan kaliurang.”

Saat ini Romo Andita sedang menyelesaikan lukisan tentang perhentian jalan salib. “Sudah tujuh lukisan yang rampung. Berarti tinggal 7 lagi. Ada yang sudah disenangi orang, tapi tidak saya kasih karena ini merupakan satu kesatuan.” (sdr)

Paroki Minomartani