May 3, 2024

Pak Yanto: Jangan Ragukan Kekuatan Doa

BEBERAPA puluh tahun silam, ketika Pak F Sumiyanto masih bekerja di Sulawesi Tenggara, pernah kehilangan perhiasan berharga milik sang istri.  Tetangga kiri-kanan umumnya menyarankan agar memakai terawangan dukun yang memang telah teruji kemampuannya. Tentu saja usulan ini ditolak oleh Pak Yanto, demikian panggilan Pak F Sumiyanto sehari-hari.

“Ini kan namanya menduakan Tuhan. Masak sebagai penganut Katolik kok saya harus percaya sama dukun,” ujar Pak Yanto ketika Komsos Paroki Minomartani menyambangi kediamannya di Gang Nakula 35-A, Dero, Condongcatur, Depok, Sleman, beberapa waktu lalu.

Namun ketika terus didesak, apalagi dengan embel hanya untuk sekadar tahu saja siapa pelakunya, akhirnya Pak Yanto mengalah. Dan ternyata hasil terawangan sang dukun memperlihatkan bahwa sang pelaku tidak lain adalah tetangga sendiri.

“Dukunnya terus bilang pada saya, ‘Pak Yanto mau apakan sama pelakunya. Apakah dibuat tidak tenang, sakit-sakitan atau bahkan dibuat mati saja. Ini ada boneka dan jarum. Bagian mana di boneka yang Pak yanto tusuk , di situ pelakunya akan rasa sakit’. Saya jelas menolak semuanya. Jelas hal ini bertentangan dengan keyakinan saya,” ujar Pak Yanto.

Pak Yanto pun hanya mengandalkan kekuatan doa. Tiba-tiba ada polisi yang datang ke rumah menawarkan diri untuk membantu. “Padahal saya tidak pernah melapor kepada polisi.”

Pelaku yang memamng tetangga sendiri akhirnya mengakui perbuatan dan bersedia mengganti. “Tapi karena orang tidak punya, saya hanya bilang silakan mengganti kapan saja dan sekuatnya saja. Itulah kekuatan doa yang sungguh sangat saya yakini,” ujar Pak Yanto.

Tidak hanya itu, Pak Yanto yang kini juga menjadi Pengurus Tim Kerja Kesenian Marganingsih Paroki kita, juga berkisah soal kekuatan doa lainnya. Perangkat gamelan yang dimilikinya saat ini juga adalah berkat kekuatan doa. “Tuhan pasti akan selalu mendengar doa umat-Nya. Jangan pernah ragukan kekuatan doa,” tegasnya.

Sejak pensiun pada tanggal 9-9-1999, Pak Yanto telah berjanji pada diri sendiri untuk  menyumbangkan bakat seninya bagi gereja. Mendirikan kelompok kerawitan dan mengiringi perayaan ekaristi menjadi keinginannya.  “Motivasi saya memang bikin kerawitan untuk gereja.”

Tahun 2000-an awal seperangkat gamelan berbahan dasar besi dibelinya kemudian mulai mengajak tetangga dan kenalan berlatih bersama. “Waktu itu Romo Trihatmoko yang memberkati gamelan saya. Romo Tri juga berdoa agar niat saya ini bisa berkembang dan lebih memuliakan Tuhan. Dan ternyata doa saya didengat Tuhan. Saya kemudian bisa mempunyai perangkat gamelan dari kuningan dan sekarang dari tembaga super. Kalau ditanya harganya, pokoknya sekarang kalau disuruh membeli saya tidak kuat. Tapi itulah kekuatan doa. Berkat doa saya bisa memiliki perangkat gamelan yang baik ini.”

Talenta harus dikembangkan

Pak Yanto memang telah belasan tahun pensiun. Namun  kegiatannya tetap padat. Dari Senin sampai Jumat ada beberapa sekolah yang harus didatanginya untuk memberi pelajaran kerawitam, antara lain SD Kanisius Condongcatur, SD Kanisius Babadan, SD Kanisius Totogan, SDN Perumnas. “Saya hanya libur pada hari Sabtu dan Minggu. Buat momong cucu.”

Tidak hanya itu, setiap Senin sore, Pak Yanto bersama kelompok Tim Kerja Kesenian Marganingsih berlatih kerawitan bersama. Semua bhakti yang diberikan kepada gereja dan sesama karena Pak Yanto mempunyai semboyan hidup: Sumbangkanlah talenta yang diberikan Tuhan kepadamu untuk kesejahteraan bersama selagi masih dibutuhkan.  “Itulah motto hidup saya. Pokonya selagi masih kuat, talenta yang diberika Tuhan harus dikembangkan bagi kesejahteraan bersama.” (sdr)

 

 

Paroki Minomartani