Cerpen Renunan: Menjadi Pelaku Apa yang Kita Katakan
[Parokiminomartani] – Tinul pagi ini sudah disibukkan dengan kertas dan pensil. ” Dul itu ditinggal dulu … bisa minta tolong ambilkan kertas dan pensil ya … cepat Dul nanti keburu lupa aku…”pinta Tinul pada si Dul yang lagi mau masak air untuk buat kopi.
Si Dul langsung meninggalkan masakannya berlari mengambil kertas dan pensi .. .sesaat kemudia Si Dul telah datang dengan membawa buku tulis dan ballpoint. “ini den ayu Sarinul…bukan hanya kertas dan pensil tapi buku tulis dan ballpoint biar cukup untuk menulis resep masakan..”.
Tinul :” weeeeh…siapa yang mau nulis resep masakan Dul “.
Dul :” wooooo lha aku kira mau nulis resep masakan je… lha arep kanggo opo Nul “.
Tinul :” mau aku pakai untuk mencatat omongannya budhemu kuwi… budhe Sastro.”.
Dul :” ooooo alah Nul… Nul… masak lupa dengan kebiasaan budhe kita tercinta itu… terus mau kamu apakan kalau sudah ditulis omongannya”.
Tinul :” ya suatu ketika akan aku tunjukkan kalau dia pernah omong tapi tidak mau melaksanakan…”.
Dul :” hhhhhhh… baru sadar ya Nul gimana budhe mu itu… orang itu sehebat apapun kemampuannya untuk menjelaskan hal-hal sulit dengan kata-kata sederhana, seseorang belum sungguh mampu mengajar kalau dia tidak menjadi pelaku dari apapun yang disampaikan… itu budhe mu..”.
Tinul :” katanya budhe kita tercinta…. lha piye Dul… kalau ga ada yang omong atau memberitahu dia itu sak geleme omong… dan kalau sudah omong itu ndaki-ndaki ora rampung-rampung tapi dia tidak berbuat apa-apa…”
Dul :” hhhhhh… catat aja yang diomongkan Nul… siapa tahu bisa jadi resep kehidupan untuk kamu…”.
Tinul :” aaaah wegah… becik nulis resep masakan Dul “.
Dul :” luweh becik lagi kalau kamu segera masakh ntar keburu siang..”.
Tinul :” siaaap… bang Kasdulah…”
Met pagi… semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Jumat, 1 Maret 2019, Romo Andita)