Cerpen Renungan: Bahagia Menerima Apa Adanya
[Parokiminomartani.com] – Masih dengan wajah yang murung namun tersirat kemarahan hati Gombloh. “Weeeelhadalah … esok-esok kok iseh ketemu wajah yang gelap gulita seperti ini,” komentar Tinul ketika melihat wajah Gombloh yang tidak nampak ceria dan bahagia.
Gombloh: “Ora ngenyek Nul … kamu ga merasakan sakitnya dan malunya aku tadi malam kok.”
Tinul: “Woooo … masalah tadi malam tho … lha matahari sudah menunjukkan kehidupan baru kok kamu masih terjebak masa lalu.”
Gombloh: “Lha piye ora jengkel Nul … kan aku ngomong karo si Dul … kalau mau treatment neng salon siapa tahu kalau ada perubahan bisa juga merubah hati Meice … eeee si Dul malah bilang ‘wis Mbloh ga usah berusaha biar ditreatment kalau aslinya standart ya akan tetap standart’ gitu … piye ora jengkel.”
Tinul: “Ooooo apalah Mbloh … Mbloh kamu ga terima ya kalau dikatakan jelek sama si Dul … hhhh ingat Mbloh segala upaya yang kita buat sekecil apapun sebenarnya merupakan bentuk ketidakmampuan kita untuk menerima apa adanya seluk beluk dan pernak pernik yang hadir dalam kehidupan kita … rasanya memang akan melegakan kalau bisa melakukan sedikit usaha tetapi akan lebih membahagiakan kalau kita bisa menerima apa adanya.”
Gombloh: “Kan aku hanya berusaha Nul … supaya Meice bisa berubah hatinya.”
Tinul: “Wah salah Mbloh … Meice itu orangnya apa adanya tidak neko-neko.”
Gombloh: “Yang benar Nul … lha aku sudah apa adanya juga masih digantung.”
Tinul: “Bukan mengantung Mbloh tapi Meice itu menerima apa adanya dihatinya kalau kamu bukan pilihan dia.”
Gombloh: “Ga ada harapan lagi ya Nul?”
Tinul: “Ooooooo … masih ada harapan Mbloh tapi ya sekedar harapan … tidak lebih … alias mimpi … hhhhhhhhh … bangun-bangun.”
Gombloh: “Asem kowe Nul … ora bedho karo Dul … wis tak jalan-jalan dulu.”
Tinul: “Nah gitu Mbloh biar hari dan pikiranmu seger … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 10 Mei 2018, Romo Andita)