Cerpen Renungan: Berharga di Mata Tuhan
[Parokiminomartani.com] – Gombloh pagi-pagi sudah mencari si Dul di samping rumah sambil teriak-teriak. “Dul … Kasdulah … sini bentar,” sambil Gombloh melambaikan tangan memanggil Dul. “Sini bentar Dul ada yang mau aku tanyakan.”
Dul: “Sajakke penting ini kok sampai menghentikan kerjaanku yang paling berharga.”
Gombloh: “Ini juga berharga Dul … bahkan sangat berharga.”
Dul: “Opo je Mbloh?”
Gombloh: “Gini Dul … nanti malah kan ada pertemuan warga di balai kampung … karena aku ga bisa datang tolong kamu datang ya.”
Dul: “Siap Mbloh … datang aja lho ya … absen kepala aja.”
Gombloh: “Woooo … kalau cuma absen kepala ya ga datang ga apa Dul … justru kamu aku minta datang karena ada yang ingin aku sampaikan je.”
Dul: “Wah kalau penting banget ya susah Mbloh … nanti kalau ada yang tanya piye … aku kan ga bisa jawab … wis pertemuan bulan depan aja kamu sampaikan hal penting itu.”
Gombloh: “Justru karena ini mendesak maka harus sekarang disampaikan.”
Dul: “Masalah opo je.”
Gombloh: “Ini masalah harga diri ya.”
Dul: “Emang dirinya siapa yang perlu untuk dihargai?”
Gombloh: “Ya semua orang Dul … termasuk kita juga.”
Dul: “Emang Mbloh … dengan segala cara orang melakukan sesuatu agar keberadaannya sungguh bisa diterima dan dihargai, karena semua orang pasti merindukan untuk diterima dan dihargai, tetapi akan lebih indah kalau kita mampu untuk menerima dan menghargai diri sendiri sebagai sumber kebahagiaan yang justru membuat hidup kita menjadi berarti … tapi aku ga perlu memperjuangkan harga diriku lho Mbloh … karena aku hanya ingin lebih berharga di mata GUSTI.”
Gombloh: “Lebay kuwi Dul … wis nanti biar aku saja yang berangkat … tak coba pulang kantor lebih awal.”
Dul: “Nah itu yang baik Mbloh … jadi waktuku pagi ini lebih menjadi berharga karena pekerjaanku selesai dari pada ngobrol ga jelas ini.”
Gombloh: “Woooo … sontoloyo kowe … wis kono nyapu lagi …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Sabtu, 22 September 2018, Romo Andita)