Cerpen Renungan: Memulai Sesuatu yang Baru
[Parokiminomartani.com] – Selesai membersihkan dapur Tinul langsung berdiri di pinggir jalan sambil tengok kanan kiri tetapi tidak segera menyeberang jalan. “Kamu itu ngapain Nul … kok cingak cinguk ndeleng dalan,” tegur Si Dul.
Tinul: “Ngenteni tukang sayur lewat ya … kalau ga di tunggu nanti kelewatan repot malah.”
Dul: “Lha biasanya kan langsung ke warung mbakyu Darmi kok ini ndadak nunggu tukang sayur … hmmmmm … pasti ada sesuatu ya?”
Tinul: “Sesuatu apa Dul … Dul … wegah aja ke sana … lagian bagi-bagi rejeki juga Dul.”
Dul: “Hhhhhhh … ga takut nanti dicari atau ditanya mereka yang biasa ketemu belanja di warung mbakyu Darmi?”
Tinul: “Ya dijawab aja kalau lagi sudah belanja sama tukang sayur yang lewat depan rumah.”
Dul: “Hhhhhhh … memulai sesuatu yang baru itu memang membawa konsekuensi ya Nul … hanya orang yang mampu dengan ikhlas menerima konsekuensi itu yang akan mampu melakukan dan menciptakan sesuatu yang baru.”
Tinul: “Bener Dul … tapi halaman kita tidak akan menjadi baru kalau kamu tidak segera menyapunya Dul.”
Dul: “Tenang saja Nul … pasti akan menjadi baru dan bersih … tapi untuk menjadi baru menbutuhkan waktu dan proses … tidak seperti tukang sulap … cukup hanya dengan mengatakan kadabra terus berubah.”
Tinul: “Ngomong opo tho Dul … Dul … wis gek ndang diobahke tanganne ben sapune ya obah terus halaman jadi baru karena bersih.”
Dul: “Nah itu yang namanya proses Nul … dari keinginan … ke pikiran … terus mengerakkan tangan … tangan mengerakkan sapu … jadi proses menyapu hasilnya halaman kita baru karena bersih dari sampah … itu proses.”
Tinul: “Wiiiiiis Mboh Dul … tak ke warung mbakyu Darmi aja ora lewat-lewat malah ora sido masak mengko.”
Dul: “Untuk mengambil keputusan itu butuh proses lho Nul.”
Tinul: “Mboooh Dul … wis ngek nyapu sana … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Jumat, 21 September 2018, Romo Andita)