Cerpen Renungan: Bersyukur Atas Rencana dan Kuasa Tuhan
[Parokiminomartani.com] – Meski baru menikmati kopi tubruk tetapi Gombloh tidak nampak sedang menikmati tetapi justru kelihatan seperti orang yang sedang berpikir. “Mbloh … esok-esok kok ono munyuk ketulup lho?” sapa si Dul pada Gombloh yang lagi bengong.
Gombloh hanya melihat dengan tatapan mata kosong kedatangan si Dul.
Dul: “Weeee malah mlonggo … Mbloh ono munyuk ketulup lho,” sambil si Dul memukul paha Gombloh.
Gombloh: “Eh … eeeeeh sory … sory … Dul … piye ono opo Dul?”
Dul: “Ono munyuk ketulup Mbloh.”
Gombloh: “Endhi munyuke Dul … wah siapa yang tega menyakiti kera pagi-pagi begini.”
Si Dul: “Ya kamu itu munyuknya.”
Gombloh: “Ooooooo asem kowe Dul … menyamakan orang seperti kera.”
Dul: “Lha kan emang sama hanya bedanya dikit aja … emang kenapa je Mbloh kok pagi-pagi sudah melamun gitu.”
Gombloh: “Ora ngalamun ya Dul … hanya lagi berpikir aja … kok sampai sekarang apa yang aku lakukan tidak ada kemajuan sama sekali ya … padahal sudah banyak yang aku buat.”
Dul: “Kemajuan seperti apa Mbloh … lha kita itu berjalan selalu maju lho Mbloh ga pernah mundur.”
Gombloh: “Serius ini Dul … ya kamu lihat lah aku dari dulu ya begini aja … jadi malas kerja ke rasanya.”
Dul: “Aku dari dulu ya seperti ini juga Mbloh … ga ada perubahan … cuma bedanya aku tidak mau hanya berpikir dan menyesali karena belum mampu meraih apa yang aku harapkan tetapi belajarlah untuk melakukan yang lebih baik apa yang bisa kulakukan dengan rasa syukur agar proses kehidupan yang merupakan rencana besar dari kuasa-NYA sungguh menjadi berkat dalam hidup kita … gitu Mbloh.”
Gombloh: “Memang kamu ga berpikir dan menyesal sampai sekarang Aseh belum membuka hati untuk kamu.”
Dul: “Naaaaah … kalau yang satu ini justru aku belajar dari kamu Mbloh … masih setia menanti Meice walau masih digantung …. hhhhh …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Jumat, 13 Juli 2018, Romo Andita)
Keterangan: Persawahan di Manggarai, Flores (Foto Philipus Jehanum)