Cerpen Renungan: Hanya Tuhan yang Menilai Amal Bhakti Hidup Kita
[Parokiminomartani.com] – Melihat dari kejauhan siapa yang akan datang Gombloh langsung balik kanan dan cepat-cepat masuk rumah. Sampai depan pintu Gombloh hampir menabrak si Dul yang mau keluar rumah. “Weeeh lhadalah … jangan lari kalau mau masuk rumah Mbloh … ati-ati bisa kesiram air panas lho ini nanti,” ujar Si Dul yang mau keluar rumah sambil membawa air panas.
Gombloh: “Cepat minggir Dul … buaruan nanti orangnya tahu kalau aku belum pergi.”
Dul: “Siapa je Mbloh kok sampai ketakutan seperti di kejar setan?”
Gombloh: “Ini lebih parah dari pada setan … setan didoakan pergi … lha ini diapa-apain tetap datang juga.”
Dul: “Lha memang siapa yang kamu lihat kok sampai lari balik rumah ga jadi jalan-jalan.”
Gombloh: “Coba tebak … kalau kamu tahu siapa yang datang pasti akan sembunyi juga … orangnya tidak terlalu kurus … rambutnya lurus panjang sampai punggung tapi sering diikat … kalau jalan sering lihat kanan kiri dan kalau bicara … hmmmmm … susah diputus … bisa membayangkan ga … kalau bisa pasti bisa menebak siapa dia.”
Dul: “Weleh malah seperti kuis aja … ga jelas gitu … aku ga akan nebak kalau belum jelas … karena ciri-ciri dan penampilan luar bisa untuk menutupi sesungguhnya yang ada di dalam … ingat Mbloh … kalau kita belum jelas betul jangan pernah kita menilai … hanya GUSTI yang aja menilai amal bhakti hidup kita.”
Gombloh: “Ini bukan soal menilai Dul cuma sekadar membayangkannya siapa yang datang … bukan menilai orang yang datang.”
Dul: “Ok … ok … kalau dari ciri-ciri yang kamu sebutkan … hmmmmm … aku tahu Mbloh … sepertinya kok orang yang yang selalu kamu tunggu … Meice ya … pantas ga jadi jalan-jalan … wah mau berdandan rapi ya Mbloh … mandi dulu pakai baju yang rapi dan jangan lupa pakai parfum yang wangi … wah … wah … wah.”
Gombloh: “Meice gundulmu kuwi … delengo kae … mbakyu Prenjak yang datang.”
Dul: “Eeeeeee lhadalah … ayo … ayo … lha katanya kalau suara mbakyu Prenjak seperti suara Meice Mbloh.”
Gombloh: “Wiiis ora usah crigis … gek ndang mlebu omah”
Met malam … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Minggu, 27 Mei 2018, Romo Andita)