Cerpen Renungan: Ibu
[Parokiminomartani] –Dul hanya bisa duduk diam sambil berkaca-kaca matanya menatap selembar kertas foto yang sudah usang dan gambarnya sudah mulai pudar. ” kamu ngopo je Dul…” sapa Gombloh yang datang sambil membawakan pisang goreng pasanan di Dul.
Dul sambil mengusap air mata yang sudah mulai jatuh di pipinya :” ora ngopo-ngopo Mbloh….mung sedih wae je nak ndelengi foto simbokku iki…”.
Gombloh :” lha sedih ngopo Dul…sih sedih wis ditinggal simbok….lha yo wis mestine tho Dul…ga usah digeloni…”.
Dul :” aku ora gelo ya Mbloh…mung mikir wae….sebenarnya sebaik apapun orang tidak akan pernah bisa mengalahkan kebaikan simbok kita ya Mbloh…”.
Gombloh :” lha ya jelas Dul…meskipun kadang dalam kehidupan kita sering merasa simbok itu ga pernah kita anggap penting…diri kitalah yang paling penting dan pertama…”.
Dul :” ya kuwi Mbloh…bak wis koyok aku isone mung nyawang foto gini…”.
Gombloh :” ya kuwi Dul sok kita itu ga sadar bahwa semua orang yang ada di dunia ini pasti mempunyai ibu, sembilan bulan lebih dia menjaga dengan istimewa, hidupnya sepenuhnya untuk menunjukkan sara sayangnya pada kita, kapanpun kita teriak dan menangis dia akan segera mendekap kita memberikan rasa damai dan nyaman, namun saat dia tiada, teriakan keras dan tangisan yang menyayat tidak akan pernah mampu menghadirkan dia kembali…”.
Dul :” tenan kok Mbloh…dulu kalau ada apa-apa akan hilang dengan sendirinya ketika sudah bisa tiduran sambil bantalan di pahanya….sekarang hanya bisa lihat foto usang gini…”.
Gombloh :” wis ora mungkin Dul…sedih tetap sedih…susah tetap susah…sesak ya tetap sesak Dul … meski dipandang berjam-jam foto simbokmu…”
Dul :” iya je Mbloh…sedih ya Mbloh…”.
Gombloh :” iki ben ora sedih…pisang gorenge gek dinikmati…karo kopi tubruk Dul…”
Dul :” pisang goreng tidak akan pernah mengatikan simbokku Mbloh…”.
Gombloh :” hhhhhh…ya paling tidak bisa mengisi perutmu ben ora kosong…”
Met pagi….semoga Tujan memberkati hidup dan karya kita. (Sabtu, 12 Oktober 2019, Romo Andita)