Cerpen Renungan: Keakuan yang Minta Dinomor-satukan
[Parokiminomartani.com] – Melihat Tinul yang masih duduk tidak segera beranjak membuat si Dul heran, “Nul kok tidak segera berkumpul sama mereka … sudah sejak tadi lho mereka pada kumpul.”
Tinul: “Malas Dul … wis tak nemani kami minum kopi tubruk.”
Dul: “Lha biasanya kamu semangat kumpul sama mereka kok sekarang males.”
Tinul: “Males aja Dul … lha lama-lama rasanya ga nyaman aja.”
Dul: “Kok ga nyaman … lha dulu katanya punya hobby sama … kepedulian sama … keprihatinan sama bahkan mau buat sesuatu bersama-sama … lha sudah mulai beda-beda ya.”
Tinul: “Ya dulu seperti begitu … tapi lama-lama kok makin enek di hati aja.”
Dul: “Wah kalau soal hati aku nyerahin aja deh Nul … ujungnya pasti menyakitkan.”
Tinul: “Nah itu masalahnya Dul … Kalau sudah kumpul susah untuk bertahan dalam kebaikan … pembicaraan berujung pada gosip.”
Dul: “Hhhhhh … ujungnya gosip terkesan penting untuk dibicarakan ya Nul.”
Tinul: “Iya Dul … emang kalau orang tak mampu menahan kebaikan yang tulus pasti yang muncul dalam hati kita adalah kejahatan yang merupakan buah dari kecurigaan, iri dan dengki.”
Dul: “Padahal kita tahu buahnya … sakitnya tu di sini ya Nul … makannya Nul hati-hati dengan orang ketiga.”
Tinul: “Kok orang ketiga Dul … maksudnya siapa?”
Dul: “Orang ketiga itu bukan orang lain Nul … tapi ke-akuanmu itu … karena ke-akuan pasti maunya dinomor-satukan … emang kamu mau jadi nomor dua atau nomor tiga?”
Tinul: “Aku ga mau nomor satu … nomor dua atau seterusnya … aku mau minum kopi tubruk mu aja Dul…”. Sambil Tinul nyrutup kopi Si Dul.
Dul: “Waaah sontoloyo kowe Nul … met siang … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 9 Januari 2018, Romo Andita)