Cerpen Renungan: Kebebasan Hati
[Parokiminomartani] – Pagi-pagi ketika si Dul mengambil air di sumur samping rumah untuk menyiram tanaman melihat pakdhe Karjo baru saja mengambil air sumur. ” weeeh kok tumben pakdhe Karjo mengambil air sumur di sini… emang air pam-nya mati ya…” celoteh si Dul saat masih melihat punggung pakdhe Tarjo meninggalkan sumur.
Gombloh yang sudah sejak tadi di sumur langsung menyahut :” ga mati air pam-nya Dul…kalau matinya tempat kita juga mati…”.
Dul :” lha untuk apa pakhe Karjo ambil air di sumur Mbloh…”.
Gombloh :” lha seperti kamu itu…untuk nyiram tanaman….”.
Dul :” lha iya kok tumben aja ambil air di sini”.
Gombloh :” hhhhhh… bukan tumben Dul sudah sering kok… hanya biasanya pagi-pagi sekali ambilnya …hanya hari ini pakdhe Karjo agak kesiangan…”.
Dul :” hhhhhhh…berarti aku ya yang bangunnya mengikuti terbitnya matahari…”.
Gombloh langsung menyahut :” bilang aja…bangunnya siang…”
Dul :” hhhhhh….tahu aja Mbloh…kan aku tahu mana yang penting di pagi hari Mbloh…”
Gombloh :” yang penting bermalasan di tempat tidur ya…”
Dul :” hhhhhh… ingat Mbloh…. banyak hal yang kelihatanya semuanya itu begitu penting untuk kita lakukan atau kita selesaikan tetapi hanya satu yang sesungguhnya sangat penting dalam hidup kita yaitu kebebasan hati kita dari segala macam dan bentuk yang ada di luar diri kita… demikian juga kalau pagi-pagi yang penting slonjoran dulu di tempat tidur sambil menunggu sang surya menghangatkan bumi kita ini…”.
Gombloh :” ooooo….alah Kasdulah…Kasdulah mau bermalas-malas aja kok ndadak puitis..”.
Dul :”santai Mbloh….yang penting kopi tubruk tidak pernah telat hhhhh….”.
Gombloh :” ya wis gek nyiram-nyiram terus buat kopi….”.
Dul :” siap….”
Met pagi….semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Kamis, 19 Juli 2019, Romo Andita)