Cerpen Renungan: Kejujuran Jalan Menggapai Ketenangan Batin
[Parokiminomartani.com] – Tinul pagi-pagi sudah duduk di teras samping rumah memikirkan kembali apa yang didengar semalam dari mbakyu Dharmi. “Nul … ini aku bawakan selimut biar ga kedinginan biar kamu bisa melanjutkan proses pelamunanmu,” sapa Si Dul pada Tinul sambil memberikan selimut.
Tinul: “Ngawur kamu itu Dul … bawai itu kopi tubruk sama pisang goreng bukan selimut.”
Dul: “Lha kamu nampaknya membutuhkan selimut dari pada kopi tubruk … olehe ngalamun sampai seperti orang kedinginan … makanya aku bawakan selimut.”
Tinul: “Siapa yang ngalamun Dul … aku itu lagi mikir apa yang diceritakan mbakyu Darmi … wes kalau aku jadi mbakyu Darmi pasti ga bisa karena setiap pagi harus senyum dan kadang harus melayani omongan ga jelas dengan penuh empati padahal hatinya ga happy.”
Dul: “Lha jelas ga bisa Nul … mbakyu Darmi itu membuat timbangan berat badan itu tersenyum kok … lha kamu … timbangan berat badan melihat kamu aja sudah sedih.”
Tinul: “Ora ngenyek gitu tho … mblenuk itu punya sekmen istimewa sendiri lho … sekmen yang berkelas Dul.”
Dul: “Percaya Nul … tapi bedanya mbakyu Darmi itu selalu kelihatan senyum menyunging … lha kamu pake kucur kok di bibir … selalu manyun.”
Tinul: “Lha kamu ga tahu apa yang ada dalam hatiku … kalau kamu tahu pasti akan sama … ngucir lambe .”
Dul: “Weeeeh dadi koyok kowe ya wegah Nul … mlaku wae abot kok opo maneh ngrasakke atimu.”
Tinul: “Hhhhhh … ya kuwi Dul masalahe … piye bisa lepas urip Iki … biar bisa senyum menyunging seperti mbakyu Darmi.”
Dul: “Ya hidup itu sakmadyo aja Nul … jangan pernah kita menututupi apa yang sebenarnya ada dalam hati selain akan membuat batin kita tidak damai tetapi hukum alam dengan caranya sendiri akan menunjukkan sendiri apa yang sesungguhnya tersembunyi dalam hati kita … kejujuran menjadi kunci untuk mendapatkan ketenangan batin … lha kamu itu dikit-dikit dibatin … lha lama-lama kamu jadi dukun lho karena pandai dalam kebatinan.”
Tinul: “Hhhhhh … ini aku juga sudah mbatin lho … membatin kalau kamu bentar lagi akan mengambil kopi tubruk dan pisang goreng untuk aku.”
Dul: “Kuwi ora mbatin neng ngongkon … wis dasar mblenuk …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Sabtu, 4 Agustus 2018, Romo Andita)