Cerpen Renungan: Kekuatan Tidak Terbatas Kata-kata
[Parokiminomartani.com] – Sambil membawa selembar kertas Gombloh mendatangi Tinul yang sedang membuat kopi tubruk, “Nul … boleh minta tolong untuk membuatkan catatan untuk pak dhe Taryo?”
Tinul: “Weeeh … lha kok ndadak nganggo catetan tho Mbloh … lha mbok langsung ketemu wae rak ya malah lebih baik.”
Gombloh: “Nanti aku ya akan ketemu pak Dhe Taryo, cuma dengan dia harus ada catatan Nul biar untuk mengingatkan dan biar dia ga bisa menghindar.”
Tinul: “Biar tidak semoyo saja ya Mbloh … ntar yo … ntar Yo … itu namanya pak Dhe Taryo.”
Gombloh: “Bener Nul … makanya pakai catatan biar dia ga … ntar yo … ntar yo.”
Tinul: “Wah berarti catatannya lebih punya kuasa dibandingkan dengan omonganku ya Mbloh.”
Gombloh: “Sepertinya begitu Nul … lha mesti selalu mana catatannya … bukan obya kemarin sudah diomongkan ya … wis jan dasar pak Dhe Taryo.”
Tinul: “Hhhhhhh … ternyata kata-kata yang tertulis itu mempunyai kuasa yang mengikat ya Mbloh.”
Gombloh: “Makanya harus hati-hati kalau bicara Nul … karena kata-kata yang keluar dari mulut kita sungguh mempunyai kekuatan yang tidak terbatas … kekuatan itu bisa baik tetapi juga bisa tidak baik … bisa menghidupkan tapi juga bisa mematikan.”
Tinul: “Seperti iklan ya Mbloh … mulutmu adalah harimaumu.”
Gombloh: “Benar sekali Nul … tapi sekarang yang aku butuhkan bukan dari omonganku Nul tapi jari-jarimu untuk buat catatan.”
Tinul: “Lha tulis sendiri aja Mbloh … atau kamu mau ganti aku buat kopi tubruknya.”
Gombloh: “Hhhhhhh … wis tak tulisan dhewe tinimbang ngawe kopi … mengko ndak diselehke si Dul nak kopine ora enak.”
Tinul: “Hihihihihi … takut sama si Dul ya … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Rabu, 2 Mei 2018, Romo Andita)