Cerpen Renungan: Menilai yang Dilakukan Orang Lain
[Parokiminomartani.com] – Sambil bersiul dan sesekali si Dul berdendang membersihkan sepeda kesayangannya pemberian dan kenangan bapaknya. ” … coba satu hari saja kau jadi diriku … kau akan mengerti…”
“Hmmmmm … ora sudi aku Dul … walau sesaat untuk jadi dirimu,” kata-kata Tinul yang menghentikan nyanyian si Dul.
Dul: “Cek … huuuh … senenggane ngawe kaget kamu itu … lha nak gelem yo ora opo tho.”
Tinul: “Lha wegah wae nganggo banget Dul … gek ngopo je kok sajakke seneng … esok-esok dhurung ngopi wae wis nyanyi-nyanyi … biasane nak ora ono kopi tubruk wae wis manyun.”
Dul: “Hhhhhhhhhh … kan hari baru harus diawali dengan suasana hati yang baru.”
Tinul: “Betul sekali Dul … awali juga dengan menjadikan diri kita berkat bagi yang lain.”
Dul: “Hhhhhhh … itu harus Nul … makanya jangan pernah kita menilai atau tidak menghargai apa yang dihidupi atau dilakukan oleh orang lain.”
Tinul: “Tapi aku menghargai kamu lho Dul.”
Dul: “Menghargai apanya Nul?”
Tinul: “Lha ini aku menemani kamu bersih-bersih sepeda … coba pikir … siapa yang mau menemani orang yang hanya membersihkan sepeda … ga ada lho Dul … tapi kalau diminta untuk mengantikan dirimu untuk bersih-bersih sepeda ya ga mau Dul.”
Dul: “Aku tidak akan memintanya kamu menjadi aku Nul … tapi coba rasakan apa yang aku rasakan … kamu bilang menghargai tapi mana buktinya … kopi tubruk aja tidak ada kok … bilang mau menghargai … kalau ada kopi tubruk nah itu baru bukti nyata.”
Tinul: “Wooo alah Dul … Dul … arep njaluk kopi wae aeng-aeng ngomong sing dakik-dakik.”
Dul: ” … menyanyangi … i … i … ku … dari sudut pandang ku…”
Tinul: “… aku kehabisan cara untuk katakan padamu … kowe njelehi…”
Dul: “Mung ngangenin … hhhh … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 1 Mei 208, Romo Andita)