Cerpen Renungan: Kesempurnaan dan Kemampuan Kita Menjaga
[Parokiminomartani.com] – Melihat Gombloh pada hari libur makai batik sedikit mengusik hati Si Dul. “Ciie … ciie … libur-libur pakai batik mau ke mana Mbloh … mau kondangan ya … ajaklah.”
Gombloh: “Alah … ajak … ajak … ajak … kemarin aja diajak … mengeluh sepanjang jalan gitu.”
Dul: “Lha pakai baju batik kok …coba kalau boleh pakai baju biasa atau pakai kaos oblong pasti kamu ga mendengar keluhan Mbloh.”
Gombloh: “Wis nyapu latar wae sana kalau pakai kaos oblong … lha memenuhi undangan orang yang akan merasakan kesempurnaan dalam hidupnya kok pakai kaos oblong … tidak sopan namanya.”
Dul: “Lho ini mau datang ke tempat orang yang meninggal ya Mbloh? Kok undangan orang yang merasakan kesempurnaan?”
Gombloh: “Ooooooo … dasar Markinul … bukan orang mati Dul … tapi orang yang akan menikah … kan menikah itu katanya merupakan bagian dari kesempurnaan hidup seseorang gitu.”
Dul: “Walaaah … aku kira kesempurnaan itu orang yang sudah mati … tapi kata Mbah Karyo itu … Kesempurnaan hidup kita bukan terletak pada keberhasil kita untuk memiliki semua yang sudah kita inginkan atau harapkan melainkan kemurnian dan kekudusan hati kita serta kemampuan kita menjaganya.”
Gombloh: “Ayem atiku Dul … meski belum sampai mampu melengkungkan janur kuning bukan berarti tidak sempurna … penantianku jadi tidak sia-sia ini.”
Dul: “Ngeyem-ngeyem ati itu bagian dari kesempurnaan Mbloh … tapi kalau sampai ga dapat Meice hidupmu sungguh kurang sempurna Mbloh … karena tulang rusukmu masih mengantung satu.”
Gombloh: “Bukan digantung Dul … hanya masih dalam penantian.”
Dul: “Tapi hidup kita pagi ini belum sempurna Mbloh … karena belum ada kopi tubruk … bentar aku buatkan … biar menyempurnakan batik yang kamu pakai.”
Gombloh: “Hhhhhhhhhh … setuju aku Mbloh … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Sabtu, 14 April 2018, Romo Andita)