Cerpen Renungan: Ketika Mendapat Kepercayaan
[Parokiminomartani.com] – Gomboh yang biasanya selalu buru-buru pada pagi hari, pagi ini kelihatan masih santai bahkan masih belum mengunakan baju kerja. “Weeeeeh tumben Mbloh ga masuk kerja atau berangkat siang ya Mbloh,” sapa si Dul yang baru keluar sambil membawa kopi tubruk.
Gombloh: “Hmmmmm … makasih kopinya ya Dul … kamu emang ok kok Dul … selalu tahu apa yang dibutuhkan oleh orang lain.”
Dul: “Hhhhhhhhh … biasa aja Mbloh … jiwa dan semangat batur (pelayan) itu sudah menjadi bagian dari darahku Mbloh.”
Gombloh: “Nah … itu yang tidak mudah kita temukan pada orang-orang yang kita percaya Dul.”
Dul: “Hhhhhhhh … kecuali aku lho Mbloh … meski kepercayaan dan kuasa yang diberikan kepadaku untuk buat kopi tubruk pagi ini … aku bukan hanya membuat lho tapi juga membawakan dan menyajikan kopi ke pada kamu lho.”
Gombloh: “Lha kopi Tinul juga sudah siap Dul.”
Dul: “Woooooo … bukan hanya sudah siap Mbloh … tapi sudah dinikmati.”
Gombloh: “Wiiiiiis … elok tenan kamu Dul … mamang seharusnya ketika kita dipercaya oleh orang lain bukan berarti orang percaya bahwa kita bisa melakukan apa yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain … bukan malah sebaliknya ketika kita dipercaya malah menempatkan diri sebagai seorang yang berkuasa dan harus dihormati … bukan melayani malah minta dilayani … benar ora Dul?”
Dul: “Bener kuwi Mbloh … lha kalau kita dipercaya itu bukan supaya dilayani tepati justru harus melayani … lha kamu sekarang itu kok malah santai-santai gini?”
Gombloh: “Ini bukan santai-santai Dul … aku baru nunggu pakDhe Trimo untuk ambil jatah batuan.”
Dul: “Weleh Mbloh … mbok sedikit kreatif dan inisiatif … jadi orang yang dipercaya di kampung itu mbok jangan menunggu orang lain datang tapi harusnya kamu yang datang membagi-bagi jatah mereka … jangan malah senang kalau orang cari-cari kamu hanya untuk tanda tangan supaya biasa ambil jatah … wah susah koncoku Iki.”
Gombloh: “Weeeh aku sudah berkorban ya …. ini tak belain telat datang ke kantor.”
Dul: “Kamu telat ga telat itu ga pengaruh untuk kamu Mbloh … lha coba bayangkan pakDhe Trimo harus jalan kaki ke sini hanya untuk tanda tangan … lha berdiri aja sudah sempoyongan sekarang harus jalan kaki … kan lebih baik kamu sambil berangkat kerja mampir ke rumahnya sana … syukur-syukur dibawakan pisang goreng … malah jadi berkat Mbloh.”
Gombloh: “Ooooooo … iya ya.”
Dul: “Hmmmmm … pantes nak diundang Gombloh …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Kamis, 26 Juli 2018, Romo Andita)