Cerpen Renungan: Melukis Goresan Indah di Hati
[Parokiminomartani.com] – Melihat si Dul membuat coretan di dinding belakang pintu, Tinul menjadi heran. “Dul kamu itu buat apa kok buat coretan seperti orang-orang dalam penjara yang menghitung-hitung hari.”
Dul: “Hhhhhhh … seperti yang di sinetron-sinetron yang suka kamu tonton itu ya.”
Tinul: “Hhhhhhh … sedikit mirip Dul … sebenarnya kamun tu menghitung apa?”
Dul: “Ini bukan menghitung hari seperti orang dalam penjara tetapi aku itu lagi menghitung berapa kali aku setiap pagi bisa bangun agak pagi untuk menyiapkan sarapan kita … dalam satu bulan.”
Tinul: “Weeeh tak kira apa Dul … Dul … jadi kamu mau menghitung berapa banyak kamu sudah berbuat baik ya … hhhhhh … seharusnya dihitung juga saat kamu ngebluk tidak bangun pagi … biar seimbang hitungannya..”
Dul: “Hhhhhh … iya ya Nul … nanti akan aku buat hitungan untuk kamu dan Gombloh sekalian ya … supaya kita tahu siapa yang selama sebulan banyak menyiapkan sarapan dan banyak ngebluk tidak menyiapkan sarapan.”
Tinul: “Kenapa tidak kamu hitung sekalian berapa banyak kamu sudah berbuat baik dan berbuat jahat.”
Dul: “Ooooooo … kalau soal itu sudah ada petugasnya Nul … Malaikatnya GUSTI … hhhhhh.”
Tinul: “Wooo … sembrono kowe.”
Dul: “Bukan sembrono Nul … mencatat kebaikan dan dan kejahatan yang kita lakukan itu tidak mudah … itu seperti seorang pelukis akan berhenti mengoreskan kuasnya untuk melukis kalau dia sudah mampu mewarnai seluruh media lukisannya tetapi dalam kehidupan kita tidak akan pernah mampu berhenti membuat goresan di hati kita maupun di hati orang dengan tindakan dan tutur kata karena kita tidak pernah tahu batasan hati kita kecuali hanya kematian sebagai batasannya.”
Tinul: “Kalau malaikatnya GUSTI bukan hanya tahu batasan hati kita tapi juga tahu apakah tindakan dan tutur kata kita itu tulus atau tidak ya Dul.”
Dul: “Tepat sekali … karena kalau kita yang buat hitungan hasilnya nanti tidak sama dengan hitungan malaikatnya GUSTI … hhhhhh … nanti sampai sana akan ditanya sama malaikatnya GUSTI … ‘Mas dulu sekolah mata pelajaran matematikannya selalu remisi ya kok jumlahnya tidak sama dengan jumlah yang saya punya wkwkwkwk.’ … piye apa ga malu Nul?”
Tinul: “Wis ono-ono wae kowe Dul … saiki tambah satu coretan lagi aja biar tambah banyak … tapi syaratnya kamu yang buat sarapan ya … wkwkwkwk .”
Dul: “Asem tenan kowe Nul ….. met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 5 Februari 2018, Romo Andita)