Cerpen Renungan: Menjaga Kebaikan dan Ketulusan Niat
[Parokiminomartani.com] – Sebelum berangkat kerja Gombloh meminta tolong pada si Dul untuk menyampaikan sesuatu kepada salah satu warga. “Dul … aku minta tolong ya untuk memberikan ini pada putrane Mbah Taryo sing mbarep.”
Dul: “Lha mbok di terke dhewe Mbloh … sekalian mangkat kerja. ”
Gombloh: “Jam segini itu dia belum bangun Dul … padahal harus sampai ke tangan dia dan ga bisa dititipkan.”
Dul: “Lha ini kok malah kamu titipkan ke aku.”
Gombloh: “Beda Dul … kan kamu ga akan buka-buka untuk melihat isinya … lha kalau di sana itu dibuka-buka sama adiknya je waktu aku titipkan dan pesannya memang harus sampai ke tangan beliaunya jangan dititipkan lagi.”
Dul: “Hhhhhh memang beda kok ya … adiknya emang sedikit ngawur … meski satu pabrik hasilnya bisa beda … Meski kuas yang dipakai untuk menggambar sama tetapi hasil lukisannya untuk masing orang pasti berbeda … semua bergantung dari niat masing-masing.”
Gombloh: “Benar Dul … lha GUSTI iku aja memberi kita nafas yang sama … bentuk fisik kita sama bahkan roh yang dianugerahkan sama tapi sikap dan tindakan kita bisa berbeda-beda.”
Dul: “Kalau niat kita baik pasti tindakan kita baik … tapi kalau niat kita jahat atau tidak baik, kita masih bisa menutupi dengan tindakan baik.”
Gombloh: “Itu namanya munafik Dul.”
Dul: “Hhhhhhh … Pinter saiki kowe Mbloh … omong-omong Iki isone opo?”
Gombloh: “Wooooo tunggal dene kowe kuwi Dul … koyok anakke mbah Taryo … kepo … wis tak mangkat kerja … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 6 Februari 2018, Romo Andita)