Cerpen Renungan: Membatasi Keinginan Kita
[Parokiminomartani.com] – Kicauan burung liar di pagi hari menjadi penghiburan bagi Si Dul saat menyapu halaman baik di depan maupun di samping rumah. Maka sering kali si Dul membuang sedikit beras atau pisang untuk makan burung-burung liar itu. “Ini ada sedikit beras … silahkan makan jangan berebut ya,” si Dul berbicara pada burung-burung liar itu sambil menebarkan sedikit beras.
Gombloh melihat apa yang dilakukan si Dul langsung menegur, “Weeeeh piye Dul … beras kok kamu buang-buang seperti itu … pamali ya Dul … lagian kamu ngomong sama siapa?”
Dul: “Bukan membuang ya Mbloh … ini lho memberi makan burung-burung.”
Gombloh: “Njuk kamu tadi ngomong sama burung gitu.”
Dul: “Iya….”
Gombloh: “Memang mereka ngerti apa yang kamu omongkan?”
Dul: “Ya ngertilah Mbloh.”
Gombloh: “Lha sekarang mana burung-burungnya … ga ada satupun lho.”
Dul: “Ya sejak kamu datang mereka pada kabur … mereka kan tahu siapa yang peduli dengan kehidupan mereka dan siapa yang tidak peduli.”
Gombloh: “Terus kamu mau mengatakan kalau aku tidak peduli dengan kehidupan mereka gitu … jadi mereka merasa terancam … terus mereka pergi … karena tidak merasa damai gitu.”
Dul: “Hhhhhhhh … aku ga mengatakan seperti itu lho ya … kan mereka berhak untuk mendapatkan kedamaian Mbloh.”
Gombloh: “Terus kedatanganku membuat mereka tidak merasa damai gitu?”
Dul: “Sepertinya gitu Mbloh … lha nyatanya pada pergi itu burung-burungnya … jadi gini lho Mbloh … Kita semua termasuk burung-burung itu pasti merindukan kedamaian dalam hidupnya. Kedamaian itu akan terwujud kalau kita mampu membatasi keinginan yang tidak sesuai dengan keadaan dan kemampuan kita … tapi akan lebih indah kalau kita mampu menciptakan kedamaian untuk apapun di sekitar kita.”
Gombloh: “Terus kamu mau bilang aku tidak menciptakan keadamaian gitu.”
Dul: “Yaaaah … sepertinya gitu Mbloh … lha ini nanti ga selesai-selesai kerjaanku karena ngobrol dan bisa jadi ga minum kopi tubruk karena kamu ga segera membuatnya.”
Gombloh: “Ooooooo iya sory … sory … Dul.”
Dul: “Sory … sory … sory kopi air panas biar jadi kopi tubruknya … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Senin, 24 September 2018, Romo Andita)