Cerpen Renungan: Mendapat Sesuai Kebutuhan Kita
[Parokiminomartani.com] – Gombloh pulang dari warung dengan berlari-lari langsung masuk dapur hendak mengambil beberapa bungkus mie instan. “Dul … bilang sama Tinul ya kalau mie instannya aku ambil beberapa.”
Belum sempat si Dul mengiyakan omongan Gombloh tetapi Gombloh sudah berlari kembali meninggalkan dapur. Ketika si Dul lagi nyapu halaman Gombloh nampak pulang sambil berjalan santai. “Kamu tadi itu ngapain Mbloh … pulang hanya untuk ambil mie instan setelah itu pergi lagi … terus mie instannya dipakai untuk apa?” tegur si Dul ketika Gombloh mendekatinya.
Gombloh: “Hhhhhhh … mienya tadi aku berikan kepada anaknya mbakyu Welas … kasihan karena minta mie instan tapi mbakyu Welas ga bisa membelikan.”
Dul: “Weeeeeh … kok melasno tenan ya Mbloh untuk makan mie instan aja ga bisa.”
Gombloh: “Eiiit … jangan keliru Dul … meski tidak dibelikan tapi anaknya mbakyu Welas ga nangis je … malah omong sama mbakyu Welas … ‘ya lain kali aja ya Mbok’ … gitu omonganya … lha aku justru kasihan sama mbakyu Welas Karena kelihatan sedih … makanya aku ambilkan mie instan kita.”
Dul: “Waaaaah … itu yang pinter mbakyu Welas … sukses mendidik anaknya untuk bisa menerima apa adanya … elingo ya Mbloh … Tuhan tidak memberikan sedikit dan juga tidak memberikan lebih kepada kita, tetapi Tuhan memberikan apa yang sesungguhnya kita butuhkan dan sesuai dengan kebutuhan kita … supaya kita tidak menjadi orang yang serakah dan tidak menjadi orang yang selalu mengeluh.”
Belum sempat menyelesaikan omongannya tahu-tahu Tinul menyahut, “Dul … mie instan di almari kok ga ada … tadi malam kamu buat semuanya ya?”
Dul: “Ga ya Nul … aku hanya membuat satu bungkus.”
Tinul: “Lha kok habis ga ada satupun.”
Gombloh: “Sory … sory Sarinul yang mblenuknya cantik …. bukan Kasdulah yang ambil tapi aku yang ambil untuk aku berikan sama anaknya mbakyu Welas … Dul … kamu ga omong sama Tinul ya kalau aku ambil?”
Dul: “Jangankan omong sama Tinul mengiyaka kamu ambil mie instan aja ga sempat … lha kamu sudah lari gitu.”
Tinul: “Kalau gitu … pagi ini kita sarapan hanya nasi putih dan sambal … tidak ada mie godok.”
Gombloh: “Jangan marah Nul … bentar ya aku belikan di warung mbok Darmi.”
Dul: “Nah gitu Mbloh tanggungjawab.”
Gombloh: “Tanggungjawab gundulmu kuwi … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Selasa, 18 September 2018, Romo Andita)