Cerpen Renungan: Pamrih
[Parokiminomartani.com] – Tinul mulai memilah sayuran yang dipetik si Dul dari kebun untuk dipisahkan mana sayuran yang baik untuk di masak dengan sayur yang ga baik untuk dikumpulkan menjadi pupuk organik lagi. “Kok dipisah-pisah lagi Nul sayurannya,” tanya si Dul yang melihat Tinul memisah sayur baik dan tidak baik.
Tinul: “Ya aku pilih mana yang bisa dimasak mana yang tidak bisa dimasak, bukan di pisah karena baik atau tidak baik.”
Dul: “Lha emang kenapa kok harus dipisahkan kan baik semua tho Nul …. ha barusan di petik lho.”
Tinul: “Bener Dul … tapi ada sayuran yang memang tidak layak untuk bisa dimasak … tenang aja Dul meski aku sisihkan yang tidak dimasak bukan berati terbuang tetapi masih akan aku manfaatkan untuk membuat pupuk organik … jadi tidak akan sia-sia sayuran yang kamu tanam itu … selalu ada manfaatnya.”
Dul: “Hhhhhhhhhh … kalau itu aku setuju Nul … lha aku kira kamu buang kok … lha olehe ngopeni tenan je … dipetik kok terus hanya dimasukkan sampah … kak sedih Nul.”
Tinul: “Santai aja Dul pasti akan aku pakai semua meski tidak mudah membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik … mana yang layak untuk dimasak dan mana yang tidak layak untuk di masak.”
Dul: “Hhhhhhhhh … itu seperti kehidupan kita sekarang ini Nul … Saat kita masih anak-anak begitu mudah bagi kita untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah tetapi saat usia makin bertambah begitu sulit bagi kita untuk membedakan mana yang baik dan yang jahat kerena ada pamrih (keinginan yang tersembunyi) di dalam hati kita … kalau sekarang pasti maunya kita miliki semuanya … kalau bisa sayurnya dimasak semuanya ya Nul.”
Tinul: “Lha iya … lihat aja baik-baik semua lho sayurnya.”
Dul: “Terus siapa yang mau makan Nul.”
Tinul: “Hhhhhhhhh … kasihkan tetangga … Met pagi …. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Rabu, 19 September 2018, Romo Andita)