Cerpen Renungan: Mengisi Hidup dengan Kebijakan dan Kebajikan
[Parokiminomartani.com] – Si Dul setelah melihat pakdhe Trimo dan pakdhe Taryo tersenyum-senyum sendiri sambil tetap menyapu halaman. ” Dul … Kasdulah obatnya sudah habis ya,” sapa Tinul yang heran melihat Dul seperti itu.
Dul :” weeeh … aku sehat ya Nul…kok ndadak minum obat…”.
Tinul :” lha kuwi kok senyum-senyum sendiri … kan tanda kalau kehabisan obat..”.
Dul :” wooooo … sonyoloyo kowe Nul…kamu samakan dengan orang gila ya “.
Tinul :” lha kan tandanya orang gila itu senyum-senyum sendiri tanpa alasan apapun dan tidak ada orang lain”.
Dul :” meski aku senyum-senyum sendiri tapi ada sebabnya bukan tanpa sebab”.
Tinul :” lha sebabnya apa kok senyum-senyum sendiri…..”.
Dul :” hhhhhhh … mulai kepo “.
Tinul :” ya kalau ga cerita ga apa … berarti kamu emang tergolong kehabisan obat”.
Dul :” ini itu gara-gara aku tadi lihat pakdhe Trimo berhenti depan rumah karena nawari pakdhe Taryo … padahal kita tahu bagaimana sikap dan omongan pakdhe Taryo terhadap pakdhe Trimo … ga ada baik-baik nya … lha ini kok seperti tanpa ada rasa sakit hati diperlakukan seperti itu masih nawari ngantar … gitu pakdhe Taryo ya menerima saja tawaran itu … lha opo ora lucu itu Nul…”.
Tinul :” ya ga lucu Dul … justru hebat pakdhe Trimo … bisa mengisi hidupnya dengan bijak … ingat Dul … hidup ini terlalu singkat untuk di isi dengan emosi, marah dan kebencian pada orang lain: Kasihilah orang yang memperlakukan anda dengan baik dan berdoalah bagi yang memperlakukan kita dengan kasar…”.
Dul :” yang buat aku ketawa itu sikap pakdhe Taryo yang tanpa ada rasa bersalah menerima tawaran pakdhe Trimo …. jeleknya untuk orang lain baiknya dimakan sendiri … lucu tenan..”.
Tinul :” ya tambah lucu lagi lihat kamu senyum-senyum sendiri tadi…”.
Dul :” hmmmm …lebih lucu lagi ada orang sehat bicara sama orang gila ..”.
Tinul :” oooooo … sontoloyo tenan kowe Dul … wis buruan diselesaiakan nyapunya … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan katya kita. (Sabtu, 17 November 2018, Romo Andita)