Cerpen Renungan: Menjaga dan Menghormati Perbedaan
[Parokiminomartani.com] – Sambil tersenyum Tinul melihat si Dul pulang dari belanja di warung Mbok Dharmi, dalam hati Tinul bergumam, pasti Dul mendengar sesuatu karena mulutnya manyun begitu. “Emang Mbok Dharmi ga jualan karet gelang ya Dul?” tanya Tinul sambil tersenyum.
Dul: “Ya ga lah … kan jualannya sayuran … emang untuk apa karet gelang?”
Tinul: “Untuk nguncir bibirmu yang manyun itu lho … kok setiap pulang belanja dari Mbok Dharmi selalu manyun bibirnya?”
Dul: “Makanya kalau nyuruh beli sayur itu ga usah di tempat Mbok Dharmi … sekali-kali cari kek di tempat lain … bosen kalau ketemu mereka-mereka itu.”
Tinul: “Mereka-mereka itu siapa Dul … paling ceritanya ya gitu-gitu aja tho Dul … malah seru lho kamu selalu bisa update terus tidak kuper.”
Dul: “Update kalau baik ga apa lha itu update selalu yang ga baik … jadinya update dosa juga Nul … selalu yang diceritakan prestasilah … jabatanlah … kekayaanlah … apalagi kalau sudah ngomongin kejelekan orang lain waaaah seperti yang paling benar dirinya sendiri … lha padahal pangkat – jabatan, status – kedudukan dan kaya – miskin, apapun yang membuat kita manusia merasa berbeda satu sama lain namun di mata GUSTI kita semua sama sebagai mutiara. Kalau sampai kita tidak mampu menghargai dan menghormati perbedaan yang ada pada ukuran manusia, kita sebenarnya telah menghina dan melecehkan GUSTI sebagai sang pencipta … njelehilah pokoknya.”
Tinul: “Ooooooo … harusnya bersyukur Dul … kalau kamu tidak belanja di tempat Mbok Dharmi … aku yakin kamu tidak bisa ngomong seperti itu tadi Dul … yakin aku.”
Dul: “Wooooh … ini itu sudah jadi bagian dari hidupku … apa yang aku omongkan pasti sudah menjadi bagian dari hidupku.”
Tinul: “Ada yang kamu omongkan tapi belum menjadi bagian dari hidupmu?”
Sahut Dul: “Apa itu Nul … coba katakan.”
Tinul: “Itu si Asih … selalu kamu katakan tapi belum jadi bagian dari hidupmu.”
Dul: “Kalau yang satu ini baru jadi bagian dari perjuangan hidupku … wkwkwkwkwk.”
Tinul: “Woooo … sontoloyo kowe Dul.”
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 25 Mei 2018, Romo Andita)