Cerpen Renungan: Mensyukuri yang Dipecayakan Kepada Kita
[Parokiminomartani.com] – Sambil menyirami tanaman sayurnya Si Dul melihat mbakyu Welas baru saja keluar dari dapur. Tak lama kemudian Tinul keluar dan langsung menuju pada si Dul. Si Dul pura-pura tidak tahu kalau mbakyu Welas tadi keluar dari dapur. “Dul … berhenti siram-siram … duduk sini bentar,” pinta Tinul pada Si Dul untuk duduk di balai-balai belakang rumah.
Dul: “Sajak penting tenan … ono opo je Nul?”
Tinul: “Gini Dul … tadi mbakyu Welas kan ke sini … dia minta tolong sama aku untuk omong sama kamu.”
Dul: “Minta tolong apa Nul?”
Tinul: “Ya jelas akan kamu bantu … lha kamu berharap sama adiknya kok … bentar dengarkan dulu.”
Dul: “Kan selalu ada efek sampingnya Nul.”
Tinul: “Hhhhhhhh … iya tapi dengarkan dulu permintaannya … tadi mbakyu Welas minta tolong sama aku untuk ngomong ke kamu … dia mau minta tolong supaya kamu bisa menemani anaknya ikut lomba tari Jawa besok sore … piye?”
Dul: “Lomba tari Jawa …. hmmmmm … bakalan lama dan bukan duniaku itu Nul … pasti banyak menguapnya dari pada meleknya … piye caranya mengatakan tidak pada mbakyu Welas ya Nul?”
Tinul: “Weeeh kamu ga mau Dul bantu mbakyu Welas … ini kesempatan berbuat baik lho Dul.”
Dul: “Iya sih Nul … tapi itu lho tari jawanya … kan bukan duniaku Nul.”
Tinul: “Jangan lihat tari jawanya Dul tapi lihat kesempatan untuk berbuat baik … Ingat omongan yang kamu katakan kepadaku … meski suatu itu baik bahkan merupakan berkat dari GUSTI namun tidak sesuai dengan kemauan kita sering kita cenderung menolak dari pada mensyukurinya. Sebaliknya meski kita tahu bahwa hal itu tidak baik tetapi karena itu bagian dari keinginan kita maka kita akan menjalaninya … ayo ora mung iso ujar tapi kudu iso nglakoni.”
Dul: “Iya sih Nul … tapi kan kamu tahu aku tidak begitu menikmati tari Jawa.”
Tinul: “Ya ga usah dinikmati kan kamu hanya diminta untuk menemani anaknya mbakyu Welas … lagian nanti ada adeknya mbakyu Welas juga yang ikut.”
Dul sambil senyum malu: “Sama adiknya ya … wis kalau mbakyu Welas yang minta tolong seperti ini terus pasti akan aku bantu dengan tulus hati.”
Tinul: “Nak wis modus itu segala cara akan ditempuh … piye nanti aku bilang mbakyu Welas kamu bisa antar ya.”
Dul: “Jangan nanti sekarang aja ngomong mbakyu Welas … wis yang buat sarapan biar aku yang gantikan … wis cepat nanti mbakyu Welas keburu minta tolong orang lain.”
Tinul: “Semua akan dikorbankan demi modus … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Minggu, 8 Juli 2018, Romo Andita)