Cerpen Renungan: Memberi dengan Keikhlasan dan Kebahagiaan
[Parokiminomartani.com] – Pagi-pagi Tinul sudah mengumpulkan pakaian yang sudah tidak dipakai dan sudah tidak bisa dipakai lagi. Maka satu demi satu pakaian itu dimasukkan dalam kardus. Gombloh sambil membawa sarapan mendekati Tinul: “Kok baju-baju dimasukkan ke kardus mau dibawa ke mana Nul?”
Tinul: “Mau aku berikan kepada mereka yang membutuhkan dan mau menerima Mbloh … emang je masih bagus-bagus tapi hanya disimpan aja.”
Gombloh: “Hmmmmm … apek itu Nul … aku tak yo melu memberikan pakaian yang sudah tidak aku pakai lagi … tapi masih baik dan sangat layak dipakai.”
Tinul: “Waah siiip Mbloh … wis bawa sini biar sekalian aku masukkan dalam kardus.”
Gombloh: “Bentar Nul … sekalian aku minta sama Si Dul siapa tahu dia juga mau memberi pakaian yang sudah tidak dipakai.”
Tinul: “Wiiiiiis punya kamu dulu biar si Dul memutuskan sendiri mau memberi apa tidak … wis ambil sana.”
Gombloh: “Ya biar dia juga menambah pemberian kita Nul … jadi lebih banyak.”
Tinul: “Jangan lihat banyak atau tidak pemberian kita Mbloh … yang penting itu apa yang kita berikan adalah menjadi milik kita sendiri dan jangan memberikan sesuatu yang bukan menjadi miliki kita sendiri. Sekecil dan sesederhana apapun pemberian kita kalau itu merupakan milik kita sendiri akan menjadi berkah kita dan berkat bagi yang menerimanya.”
Gombloh: “Iya sih Nul … tapi kalau banyak kan lebih baik dari pada sedikit Nul.”
Tinul: “Pemberian itu bukan soal sedikit apa banyak Mbloh … tapi soal kebahagiaan dan keikhlasan … karena tidak mungkin orang bisa memberikan sesuatu pada orang lain dengan ikhlas hati kalau dia sendiri yang tidak bahagia.”
Gombloh: “Memang kamu bahagia Nul dengan memberikan pakaian-pakaian ini … bukanya malah sedih karena pakaianmu berkurang.”
Tinul: “Justru akan sedih kalau masih ada dalam almari Mbloh.”
Gombloh: “Kok bisa.”
Tinul: “Lha aku itu selalu sedih je lihat pakai-pakian ini … soalnya jadi ingat kalau aku dulu pernah langsing dan seksi … tapi sekarang … hmmmmm.”
Gombloh: “Ooooooo … jadi karena blenuk tho kamu jadi sedih ga bisa pakai baju itu dan kelihatan langsing ya.”
Tinul: “Iya sih … tapi paling tidak aku dulu pernah langsing dan seksi … Mbloh.”
Gombloh: “Hhhhhhhh … pernah itu sudah cukup Nul dari pada tidak pernah sama sekali.”
Tinul: “Wiiiiiis ora kakeyan iyik … ambil sana baju-bajunya … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Sabtu, 7 Juli 2018, Romo Andita)