Cerpen Renungan: Menumbuhkan Pengharapan
[Parokiminomartani.com] – Dengan sedikit memberikan semangat kepada mbakyu Trimo, Tinul mencoba meyakinkan dirinya supaya dia juga mampu ketika kesulitan itu menerpa hidupnya. “Wis mbakyu sing sabar saja … dengan sabar kita pasti akan menemukan caranya … sabar njih,” sambil Tinul mengantar mbakyu Trimo pulang.
Si Dul yang mendengar dari samping rumah langsung menghampiri Tinul. “Nul … selain mbakyu Welas … orang yang sungguh sabar itu kan mbakyu Trimo lha kok kamu malah menyarankan dia untuk sabar.”
Tinul: “Lha arep omong opo jal … mosok arep ngomong … wis diwaneni wae mbak … nak perlu geger sisan bek ndang rampung gitu … tambah dowo masalahe iya Dul.”
Dul: “Ya ora nguno kuwi … emang masalahe ki opo je Nul …. ora kepo iki mung ben ora keliru bersikap dan omong kalau aku ketemu mbakyu Trimo kuwi.”
Tinul: “Podho wae … kuwi alibimu sing kepo kuwi.”
Dul: “Jangan keliru Nul … siapa tahu aku juga bisa membantu …. ingat lho Nul … bantuan itu kadang datang dari yang tidak kita duga.”
Tinul: “Ya sama … orang kepo itu juga datangnya tidak kita duga Dul … wis tho mbakyu Trimo itu hanya merasa suda kehabisan tenaga akalnya untuk memberikan semangat bagi temannya yang sakit tapi ga sembuh-sembuh … temannya itu sudah pengin cepat-cepat mati saja dari pada hidup hanya menyusahkan orang lain … bahkan dia rela mati dengan tidak terhormat.”
Dul: “Emang ada mati dengan terhormat Nul … kalau dulu ada Nul yaitu para pejuang kemerdekaan … mati sebagai pahlawan.”
Tinul: “Zaman sekarang ya ga ada Dul … meski manusia mati sebagai orang yang terkenal dan terhormat tetapi tidak banyak orang yang akan memiilih itu. Sebaliknya meski hidup itu sulit tapi banyak orang yang jalani dengan membangun optimisme untuk menumbuhkan pengharapan … makanya aku bilang ke mbakyu Trimo untuk sabar … karena selalu ada harapan ketika kita masih ada nafas kehidupan.”
Dul: “Hmmmmmm … elok tenan omonganmu Nul … tapi kesabaran itu harus kamu buktikan saat ini … karena di meja ternyata belum ada sarapan.”
Tinul: “Lho … bukannya Gombloh harus menyiapkan sarapan.”
Dul: “Dia buru-buru ke kantor karena dipanggil bosnya … dia hanya meninggalkan uang untuk beli masi bungkus.”
Tinul: “Oooooo …. kalau itu pasti sabar aku Dul … sabar untuk menanti kamu pulang beli sarapan.”
Dul: “Weeeeh aku juga yang harus beli Nul.”
Tinul: “Lha iya kan kamu yang terima uangnya … ingat di balik kesabaran akan selalu ada pengharapan … wis cepat beli sana …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Jumat, 31 Agustus 2018, Romo Andita)