Cerpen Renungan: Menutupi Keaslian Diri
[Parokiminomartani.com] – Dengan wajah yang binggung dan tidak yakin Tinul menghadapi mbakyu Srintil. “Ngopo Nul kok angger ketemu mbakyu Srintil selalu berakhir dengan wajah binggung seperti itu,” sapa si Dul yang datang sambil membawakan segelas kopi tubruk.
Tinul: “Ya je Dul … ngopo ya … mung tak rasakke ki kalau ngobrol sama mbakyu Srintil itu aku binggung je … rasane kesel … njuk ora krasan olehhe ngobrol kuwi … mau cepat selesai.”
Dul: “Lha yo kuwi sing tak takokke Nul … ngopo kok iso koyok ngono kuwi?”
Tinul:”Iya ya … padahal orangnya itu kelihatanya halus … sederhana … sopan … wis sing apel-apellah … tapi kok rasanya kalau pas ngobrol tidak seperti itu ya … intinya ora jelas orangnya … seperti tidak dirinya sendiri yang asli … seperti bertemu orang yang tidak jelas je abu-abu ga jelas asli atau palsu.”
Dul: “Hhhhhhhh … susah ya Nul … memang Nul … orang lebih senang hidup dengan warna abu-abu dari pada secara jelas orang memilih hitam atau putih karena memang sangat mudah untuk menutupi apa yang sebenarnya ada dalam diri yang asli dengan hal berbeda yang lebih menarik … Di mana-mana topeng itu lebih indah dan menarik dibanding dengan aslinya.”
Tinul: “Koyok bunglon ya Dul … mana yang menguntungkan itu yang diikutuli.”
Dul: “Makanya jangan marah-marah dulu kalau aku negur kamu jangan pakai make up yang tebal-tebal … tanpa make up itu lebih menarik dan enak dilihat Nul.”
Tinul sambil senyum-senyum: “Berarti aku cantik kalau tidak pakai make up ya Dul … makasih Dul pujiannya.”
Dul: “Ooooooo … cantik Nul … karena pakai make up atau tidak pakai make up sama … tetap Sarinul yang mblenuk.”
Tinul: “Mblenuknya itu ga usah diikutkan … aku sudah berusaha diet lho.”
Dul: “Iya seperti sekarang ini ga ada sarapan … yang ada hanya kopi tubruk.”
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Sabtu, 9 Juni 2018, Romo Andita)