Cerpen Renungan: Menyimpan Kotoran Dalam Hati
[Parokiminomartani.com] – Begitu banyak barang-barang dapur yang harus dibersihkan membuah Gombloh pagi-pagi sudah harus berurusan dengan air dingin. Sesekali Gombloh menyiutkan dan mengangkat pundaknya karena dingin yang dirasakan. “Lain kali aku ga mau tukar kerjaan sama si Dul … lha adem koyok gini.”
Tinul yang sejak sejak tadi mengamati Gombloh sambil menyiapkan sarapan langsung menyahut, “Biar seger Mbloh … pagi-pagi sudah kena air dingin.”
Gombloh: “Seger apanya Nul … lha jari-jariku aja rasanya sudah kaku je.”
Tinul: “Hhhhhhhhhh …. itu baru sekali Mbloh … coba bayangkan si Dul itu … setiap hari seperti ini … bukan hanya kaku jari-jarinya tapi sudah tidak bisa digerakkan lagi.”
Gombloh: “Lha tapi kalau pagi ga pernah aku lihat si Dul nyuci barang-barang dapur seperti ini … malah langsung berjemur sambil membersihkan halaman.”
Tinul: “Nah itu bedanya si Dul sama kamu … si Dul membersihkan barang-barang itu kalau malam … selesai makan langsung dibersihkan tidak menumpuk nungging besok pagi.”
Gombloh: “Lha kalau selesai makan langsung nyuci piring rasanya hilang kenikmatan saat makannya Nul.”
Tinul: “Kalau gitu ya jangan mengeluh nyuci piring pagi hari … ingat Mbloh … itu sama seperti kalau kita menyimpang kotoran dalam hati kita hingga matahari terbit kembali, maka tidak akan pernah merasakan hangat dan cerahnya sinar mentari … hidup jadi lebih berat Mbloh karena hati tidak pernah bersih.”
Gombloh: “Jangan salah Nul … hatiku selalu bersih … tidak menyimpan kotoran.”
Tinul: “Kalau bersih pasti tidak ngeluh pagi-pagi … lha ini kena air dingin aja sudah ngeluh … padahal hari cerah seperti ini.”
Gombloh: “Hhhhhhhh … kan kamu tahu Nul yang akan membuat hatiku cerah itu siapa.”
Tinul: “Hmmmmm … Meice lagi … move on Mbloh … move on …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Kamis, 23 Agustus 2018, Romo Andita)