Cerpen Renungan: Pohon yang Baik Menghasilkan Buah yang Baik
[Parokiminomartani.com] – Dengan wajah yang marah Tinul ke rumah dari belanja di warung mbakyu Darmi. Kemarahan Tinul diungkapkan dengan meremas-remas satu bungkus kerupuk yang di beli. Sambil menarik tangan Tinul, Si Dul langsung menghentikan langkah Tinul. “Heeeh … kamu itu kenapa pulang dari warung mbakyu Darmi kok muka seperti kebakaran matahari … ngopo Nul?”
Tinul: “Jengkel aku Dul … pengennya tak remat-remet njuk tak unthel-unthel … terus tak lempar jauh ke sungai.”
Dul: “Njuk opo sing arep kok remes-remes kuwi?”
Tinul: “Yo yu Prenjak kuwi … pagi-pagi tidak cari makan malah cari masalah.”
Dul: “Memang tadi ketemu yu Prenjak di warung ya?”
Tinul: “lha ya kan biasa dia tidak belanja tapi hanya nunggu ibu-ibu datang terus mulutnya yang busuk itu mengeluarkan cerita dan kata-kata yang buuuuuuuusuk.”
Dul: “Eeeeeee alah tak kiro kenapa Nul … Nul … lha kamu kan sudah tahu habitusnya yu Prenjak itu seperti itu.”
Tinul: “Lha mbok ya orang itu bisa berubah Dul … lha GUSTI memberi hidup kita lebih panjang itu supaya kita bisa memperbaiki hidup kita bukan diberi hidup lama malah menambah dosa … kan kasihan GUSTI-nya.”
Dul langsung menyahut: “Ya kasihan aku bukan GUSTI pagi-pagi sudah ketemu macan ngamuk … lha GUSTI ga butuh belaskasihanmu Nul … gini lho Nul … tidak ada pohon yang sakit-sakitan akan menghasilkan buah yang baik, kalau orang yang selalu menghasilkan dan memberikan hal-hal yang tidak baik berarti orang itu baru sakit mboh sakit hatinya … sakit jiwanya atau juga sakit badannya … jadi orang-orang seperti ini justru yang kasihan dan butuh dikasihani … bukan GUSTI.”
Tinul: “Wegak Mbloh … ngasihani kok orang seperti itu … lha sakit karena ulahnya sendiri kok.”
Dul: “Lha ya emang karena dia sendiri … lha juk salahe kerupuk opo kok sampai kamu remas-remas sampai remuk gitu.”
Tinul: “Weeeeh lhadalah sory Dul … wah ora sadar je aku … maaf … maaf … wah gemblung tenan.”
Dul: “Hhhhhhhhhh … Sarinul … yang mblenuk … ora sadar itu termasuk sakit lho maka buahnya kerupuk satu bungkus remukan … itu kerupuk yang remuk jatah kamu lho ya … dua plastik yang utuh jatah aku dan Gombloh.”
Tinul: “Waaah … asem tenan … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Rabu, 27 Juni 2018, Romo Andita)
Keterangan foto: Pantai di Sumba (Hilarius Ngaji Mero)