Cerpen Renungan: Sabar dan Setia dalam Proses
[Parokiminomartani] – Meski belum kelihatan hasilnya si Dul tetapi merawat benih-benih tanaman yang coba dia semai. Maka setiap pagi Si Dul menyirami dengan air cucian besar yang dikumpulkan Tinul saat mencuci beras untuk dimasak .”ini pagi-pagi sudah aku kasih makan jadi ga usah kuatir akan kelaparan …” kata si Dul pada bibit yang disemai sambil menyiramkan air sisa cucian beras.
Gombloh yang melihat itu langsung bertanya ” kamu itu ngomong sama siapa Dul…”.
Dul sambil menunjuk pot-pot semaian :” ini… pada kehidupan yang belum kelihatan..”.
Gombloh :” oooo….tak kira ngomong sama makhkuk yang tidak kelihatan…”.
Dul :” lha ini emang belum kelihatan Mbloh…. makanya tak ajak omong biar cepat kelihatan…”.
Gombloh :” itu bibit yang kemarin aku kasih ya Dul…. bukannya bibit itu sudah kedalu warso Dul … apa masih bisa tumbuh “.
Dul :” selalu ada pengharapan Mbloh selama masih ada usaha…. kan segala sesuatu yang berharga butuh waktu untuk bertumbuh, maka sabar dan setia dalam ketidakpastian serta tulus dalam menjalani proses pertumbuhan akan setia saat kita mampu mensyukuri setiap waktu yang diberikan sebagai suatu yang berharga…”.
Gombloh :” mantap Dul… sekarang aku jadi ngerti kenapa kamu begitu setia menunggu si Asih … hebat Dul …meski belum ada tanda-tanda apapun…”
Dul :” eit… kita tidak pernah tahu kapan biji itu akan tumbuh daun… demikian juga rasa ini pada adek Asih Mbloh….”.
Gombloh :” jempol dua jari Dul…. hebat kamu…. terus bagaimana kamu menyirami rasa itu pada adek Asih mu….”.
Dul :” hhhhhhh…. pendekatan dari atas…”.
Gombloh :”hmmm… urik kamu… pantas selalu semangat kalau diminta bantuan mbakyu Welas….”.
Dul :”…namanya menyirami Mbloh…. selalu dari atas… hhhhh… wis kono ge tuku kopi… habis lho…”.
Gombloh :” siap… wis pengen kopi tubruk je “.
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Kamis, 7 Maret 2019, Romo Andita)