Cerpen Renungan: Selalu dan Mampu Berucap Puji dan Syukur
[Parokiminomartani.com] – Gombloh yang biasanya pagi-pagi sudah sibuk dengan persiapan urusan kerjaan, kali ini kelihatan masih santai. Melihat Gombloh yang masih santai Si Dul sedikit heran kok tidak seperti biasanya. “Tumben Mbloh kok masih santai-santai biasanya sudah upyek dengan kertas-kertas kerjaan … atau memang ga kerja hari ini Mbloh?” sapa si Dul.
Gombloh: “Hhhhhhhh … ora ya Dul tetap kerja … tetap kerjalah.”
Dul: “Lha kok iseh santai-santai gitu.”
Gombloh: “Apa yang mesti dikejar lagi Dul … pagi-pagi sudah ada kopi tubruk … sarapan yang sudah ada … kerjaan tinggal jalani aja … mau apa lagi coba … sudah seharusnya kita manusia itu berani melihat bahwa apa yang saat ini dimiliki merupakan hal yang paling istimewa yang diberikan GUSTI pada kita. Tidak ada satu manusia pun yang diberi sama seperti apa yang kita terima. Menjadi dekillah hati kita bila tidak mampu berucap puji dan syukur.”
Dul: “Hmmmmm … mimpi apa je Mbloh tadi malam itu … atau bentar-bentar … jangan-jangan ada roh apa yang merasuki dirimu Mbloh.”
Gombloh: “Sembrono kamu Dul.”
Dul: “Tapi kalau kamu tidak lagi mimpi atau ada roh lain dalam dirimu pasti kamu tidak bisa mengatakan kalau persoalan ini sudah kamu anggap cukup.”
Gombloh: “Apa itu Dul … coba katakan.”
Dul: “Tadi kamu mengatakan kalau semuanya sudah tidak perlu dikejar lagi … lha kalau soal Meice sudah cukup seperti ini saja atau perlu untuk dikejar lagi Mbloh.”
Gombloh: “Hhhhhhhhhh … kalau itu harus tetap dikejar dengan penuh pengharapan … karena itu tidak bisa ditarget Dul … karena menyangkut hati dan hidup kami berdua.”
Dul: “Kami berdua … hhhhhh … kamu sendiri kali Mbloh … tapi emang perlu kok Mbloh untuk menikmati penantian yang mengantung … sebagai latihan kamu untuk semeleh menjalani hidup.”
Gombloh: “Hhhhhhh … sontoloyo kowe … Met Sore … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 6 Juli 2018, Romo Andita)