Cerpen Renungan: Tuhan Merindukan Suaramu
[Parokiminomartani.com] – Seperti tidak biasanya Gombloh kalau pagi sudah ke tempat sembahyang, tetapi kali ini dia hanya duduk saja di teras sambil menatap ke jalan. “Mbloh … ati-ati pagi-pagi kalau ngelamun banyak setan yang tertarik lho,” sapa si Dul yang melihat Gombloh bengong.
Gombloh: “Tadi sih belum ada setan yang datang Dul … tapi sekarang setan itu sudah mulai mendekat.”
Dul: “Mna Mbloh … bentuk ke koyok opo?”
Gombloh: “Iki lihat pakai sendok nanti akan kelihatan,” sambil Gombloh memberikan sendok stanlies pada si Dul. “Piye kethok tho setanne … hhhhh.”
Dul: “Gundulmu kuwi,” sambil si Dul mengembalikan sendoknya pada Gombloh. “Lha ngopo kok tumben ora sembahyang Mbloh? Biasanya rajin lho.”
Gombloh: “Lagi males wae Dul … lha ndonggo terus ya ga ada perubahan … tetap aja mengantung.”
Dul: “wooooo … lha perubahan seperti apa yang kamu harapkan Mbloh?”
Gombloh: “Ya minimal ada tanggapan positif lah dari doa-doa yang aku panjatkan … lha ini ga ada tanda-tanda perubahan sedikitpun.”
Dul: “Wah ini harus diubah pemahamannya … Mbloh doa itu bukan saja karena kita rindu sama GUSTI atau saat kita menyampaikan harapan dan keinginan kita tetapi mungkin GUSTI juga rindu akan suara kita lho Mbloh.”
Gombloh: “Weeeh pinter nak omong kamu itu Dul … emang kamu sudah sembahyang?”
Dul: “Hhhhhhh … kalau aku yakin dan percaya kok Mbloh … GUSTI sudah tahu apa yang ada dalam hati ku.”
Gombloh terus langsung memotong omongan Dul, “Terus kamu ga perlu doa gitu … ingat Dul … GUSTI rindu suaramu.”
Dul: “Hhhhhhhhhh …iya ya Mbloh … aku sudah selalu sembahyang lho … paling tidak sembahyang sebelum makanlah Mbloh.”
Gombloh: “Hhhhhhhh … emang kalau soal perut kamu juaranya Dul … wis saiki sembahyang dadi ngeleh pengen sarapan aku Dul … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita.” (Minomrtani, Selasa, 15 Mei 2018, Romo Andita)