[Parokiminomartani.com] – Melihat ikan di kolam belum diberi makan sama si Dul, Tinul langsung menghampiri si Dul lagi membungkus sesuatu pesanan mbakyu Prenjak. “Dul kok ikannya belum dikasih makan ya?”
Dul: “Belum Nul … emang kenapa … Sudah pada naik di permukaan ya?”
Tinul: “Bukan hanya naik ke permukaan aja Dul … lha aku mendekati kolam aja langsung pada mendatangi aku je … berarti kan sudah lapar.”
Dul: “Bentar Nul … setelah selesai membereskan pesanan ini baru aku beri makan ikannya.”
Tinul: “Emang pesanan siapa tho Dul … kok kelihatanya penting sekali.”
Dul: “Pesanan mbakyu Prenjak.”
Tinul: “Lha emang untuk kapan … kok pagi-pagi sudah harus selesai?”
Dul: “Masih nanti sore sih Nul … ga buru-buru sih.”
Tinul: “Ooooo … alah Dul … aku kira pagi ini mau diambil … wis lanjutkan nanti aja … beri makan ikan dulu … kasihan Dul … sudah lapar.”
Dul: “Sabar Nul … biar aku selesaikan dulu … ikannya ga akan matilah … tapi kalau ini sampai ga beres … wah tahu sendiri mbakyu Prenjak akan ke mana-mana nanti ceritanya.”
Tinul: “Ooooooo jadi kamu mau mengorbankan ikan hanya untuk menjaga hati si Prenjak itu.”
Dul: “Bukan menjaga hati mbakyu Prenjak tapi supaya tidak ada cerita yang macam-macam.”
Tinul: “Sama aja Dul … tetap mengorbankan ikannya … kalau emang saatnya berikan ya beri makan ikan Dul … jangan mengorbankan yang lain hanya demi sesuatu lain juga … Jangan merasa seakan-akan kita memiliki 24 jam waktu dalam sehari, padahal sebenarnya kita hanya memiliki waktu saat ini dan detik ini. Maka menjadi suatu kesia-siaan kalau kita membuang waktu saat ini hanya untuk suatu tindakan tidak memberikan arti bagi kehidupan diri sendiri maupun orang di sekitar kita … ikan itu juga punya kehidupan lho Dul.”
Dul: “Ok … ok … Nul … wis tak kasih makan ikan dulu … tapi buatkan kopi ya … hhhhh.”
Tinul: “Kebiasaan buruk … selalu minta upah … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 9 Maret 2018, Romo Andita)