Cerpen Renungan: Memijak Bumi yang Sama
[Parokiminomartani.com] – Dengan bangga Gombloh menunjukkan sesuatu kepada si Dul. “Lihat Dul apa yang aku pegang?”
Dul: “Waaaah hebat Mbloh.”
Gombloh: “Ya jelas hebat … kalau bukan aku ga mungkin barang seperti ini akan ada di rumah kita.”
Dul: “Walah Mbloh … ora takabur … bukan kamu yang membuat barang itu akan ada di tempat kita tapi orang yang mempunyai idea untuk membuat barang seperti itu menjadikan barang itu ada di tempat kita.”
Gombloh: “Hhhhhh … itu kalimat yang keluar dari rasa iri ya?”
Dul: “Nak iri ki ora ya Mbloh … mung ngelengke wae ojo gelo nak ora ono sing ngregani.”
Gombloh: “Ora bakal gelo Dul … ikhlas lilahita’allah iki.”
Dul: “Woooo ya apek nak gitu … sebab biarpun nama kita setenar para tokoh-tokoh dunia, biarpun kekuasaan kita sekuat para peminpin-pemimpin negara dan biarpun kekayaan kita sebanyak orang-orang terkaya di dunia tetapi kaki kita tetap menginjak bumi yang sama dan menghirup udara yang sama dengan tanah yang diinjak dan udara yang dihirup oleh para gelandangan yang tidak mempunya nama besar, kekuasaan tinggi dan kekayaan yang melimpah.”
“Dul … iki barang yang kamu cari … ini kan barang yang kamu maksud?” teriak Tinul memotong pembicaraan Si Dul.
Dul: “Yes … yesterday benar Nul!”
Gombloh: “Lho sudah punya tho barangnya … wah tiwas tuku aku.”
Dul: “Lha wis suwe Mbloh olehhe nduwe … ora oleh gelo lho … ikhlas.”
Gombloh: “Ora … ora gelo … mung rodho mung rodho gethun wae.”
Tinul: “Podho wae Mbloh … wis sarapan dhisik biar gethun ne ilang … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 10 Maret 2018, Romo Andita)