Cerpen Renunan: Realistis Menggantungkan Harapan
[Parokiminomartani.com] – Meski masih bersih Gombloh tetap juga mencuci sepeda motor kesayangannya sambil mendengarkan musik dari radio. “Waaaah … hidup itu kalau selalu seperti ini rasanya happy sepanjang segala abad ya Mbloh,” sapa si Dul yang heran kok Gombloh sudah nyuci motornya.
Gombloh: “Amin … hidup itu harus dinikmati secara positif Dul … biar kita mampu menatap masa depan lebih optimis.”
Dul: “Cie … cie … seoptimis penantianmu pada Meice ya Mbloh.”
Gombloh: “Kalau soal itu aku yakin Dul … batu karang yang keras aja bisa terkikis oleh gempuran ombak kok … apalagi hati manusia … pasti akan meleleh nantinya.”
Dul: “Memang orang itu kalau lagi ‘gandrung ‘ wis lupa kalau dia masih menginjak tanah … melayang.”
Gombloh: “Bukan lupa Dul tapi membangun sebuah pengharapan dengan optimisme yang positif.”
Dul: “Bahasamu Mbloh … terlalu tinggi … itu bukti kalau kamu itu melayang-layang … ingat Mbloh … mengantungkan harapan itu boleh tapi ya yang realistis aja … karena kalau berharap banyak dan tinggi-tinggi kalau ga kesampaian akan sangat sakit kalau jatuh dan harus siap kecewa banyak pula.”
Gombloh: “Kalau itu aku sudah siap Dul.”
Dul: “Kamu juga sudah siap kalau bos di kantor marah karena kamu datang terlambat.”
Gombloh: “Weeeeh kurang asem wis awan tho … kojur iki nak telah ke kantor … Dul tolong dilanjutkan ya … aku tak siap-siap.”
Dul: “Siap.Mbloh … tapi sarapannya untuk aku ya.”
Gombloh: “Sak karepmulah.”
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 17 Mei 2018. Romo Andita)