Cerpen Renungan: Hidup dengan Ganjalan Hati
[Parokiminomartani.com] – Sepulang mbakyu Welas, Gombloh langsung menemui Tinul yang masih membereskan gelas-gelas di meja. “Nul … ngopo je mbakyu Welas iku kok sampai berderai-derai air mata saat berbicara dengan dirimu tadi,” tanya Gombloh pada Tinul karena penasaran.
Tinul: “Ora kepo ngono kuwi Mbloh.”
Gombloh: “Lha mung ngumun wae kok ngomong sambil berderai air mata gitu … pasti ada masalah yang berat ya Nul … kasihan ya.”
Tinul: “Ya kalau kasihan jangan hanya omong Mbloh … ditolong.”
Gombloh: “Pengennya gitu … tapi kalau sampai tahu mbakyu Prenjak waaaah jadi viral di kampung kita.”
Tinul: “Hhhhhhhhhh … mbakyu Prenjak.”
Gombloh: “Lha kok nguyu krungu mbakyu Prenjak … ngopo Nul.”
Tinul: “Lha Yo masalahe mergo soko mbakyu Prenjak kuwi sampai mbakyu Welas berderai-derai tadi.”
Gombloh: “Ooooooo … mbakyu Welas jadi viralnya si Prenjak ya?”
Tinul: “Bukan jadi viralnya tapi soal memaafkan … jadi mbakyu Welas itu merasa bersalah karena menegur mbakyu Welas yang membuat viral tentang dirinya … lha sekarang kalau ketemu dia … mbakyu Prenjak itu selalu memalingkan wajah.”
Gombloh: “Ooooooo … alah hanya soal gitu tho kalau aku ya beneran ga diajak omong sama mbakyu Prenjak … malahane ora nambah dosa.”
Tinul: “Lha aku juga bilang gitu sama mbakyu Welas … hanya dia merasa tidak lego hatinya.”
Gombloh: “Emang si Nul sangat tidak enak hidup itu dengan ganjalan di hati … akan sangat menyedihkan kalau orang hidup dengan rasa bersalah.”
Tinul: “Benar Mbloh …. mulo sekarang buruan beli sarapan … biar dirimu tidak hidup dengan rasa bersalah padaku dan si Dul karena belum beli sarapan … karena aku belum masak je … hhhhhhhhh.”
Gombloh: “Woooo tiwas wis arep mbukak piring …. ya wis tak tuku dhisik … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 18 Mei 2018, Romo Andita)
Foto: Taman Doa Maria Dolorosa, Larantuka, Flores (oleh Andy Wan Yunus)