Cerpen Renungan: Ada Sesama yang Selalu Hadir Dalam Karya Kita
[Parokiminomartani.com] – Tinul lari-lari bukan kerena olah raga tetapi karena ingin segera ketemu Si Dul untuk menceritakan peristiwa yang baru saja dia lihat. “Dul … Dul … sini cepat!”
Dul: “Weeeh ono opo Nul … kok sampai tergopoh-gopoh.”
Tinul: “Hhhhhh … bukan tergopoh-gopoh tapi terlalu semangat Dul.”
Dul: “Pasti cerita simbok-simbok yang pada belanja ya?”
Tinul: “Bukan ya Dul … ini soal kentongan yang di tempat ronda.”
Dul: “Walah kuwi mesti cerita tentang kentongan yang jadi pocongan ya.”
Tinul: “Bukan soal jadi pocongnya tapi soal siapa yang membuatnya.”
Dul: “Wah kalau soal itu ya seru Nul … sejak ada gardu rondha sampai sekarang masih saja kentongan itu jadi masalah.”
Tinul: “Iya hanya soal siapa yang buat aja jadi masalah … emang siapa yang buat tho Dul?”
Dul: “Wah ya ga tahu Nul … sejauh yang aku tahu … yang bawa kentongan itu mbak Karyo.”
Tinul: “Lha tadi itu mereka berdua saling membanggakan diri kalau itu buatan dan hasil karya tangan mereka … njuk podho berkelahi itu.”
Dul: “Walah … itu manusia yang tidak sadar diri … semua yang ada pada kita itu selalu melibatkan tangan orang lain … Apa yang bisa kita lakukan hanyalah sebatas dua tangan yang kita miliki, selebihnya hanyalah orang lain ya mengerjakannya … maka bukanlah hal yang pantas bila kita merasa bahwa semua adalah kerja tangan kita.”
Tinul: “Benar itu Dul … lha kita makan aja perlu bantuan orang lain kok … kalau ga ada petani yang nanam padi kita mau makan apa?”
Dul: “Nah itu yang pas Nul … saya yakin mereka yang berkelahi itu pasti ga pernah ikut siskamling.”
Tinul: “Benar Dul … mereka juga yang kalau kumpul warga selalu bikin ulah.”
Dul: “Wis ben wae kalau mereka … nanti kan diam sendiri mereka … tapi kamu jangan ikut-ikut diam Nul nanti bisa ga makan siang kita.”
Tinul: “Oya ya … tak masak dulu Ya Dul … Met siang … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 9 Februari 2018, Romo Andita)