Cerpen Renungan: Berani Mengatakan Tidak pada Keinginan Hati
[Parokiminomartani.com] – Ketika Si Dul sedang menyapu halaman, Gombloh memang tidak mengerjakan apa-apa tetapi hanya duduk sambil mengamati si Dul. Karena merasa risih diamati Gombloh, si Dul datang mendekati …”Ngopo je Mbloh kok pagi-pagi nglamun itu,” sapa si Dul pada Gombloh sambil meletakkan pantatnya pada balai-balai.
Gombloh :” aku itu ora ngalamun ya …. hanya melihat kamu itu lho nyapunya bisa bersih sekali.”
Dul :” Ooooooo … alah … biasa itu Mbloh…namanya nyapu di mana-mana itu selalu bersih kalau ga bersih ya bukan nyapu namannya “.
Gombloh :” iya tahu aku … tapi hanya kamu yang nyapu itu seperti menikmati dan sepintas malah seperti orang menari kok Dul…”.
uDul :” weeeeh baru mikir apa tho sebenarnya kami ini…lha wong nyapu kok disamakan seperti orang menari…”
Gombloh :” ya mikir kamu nyapu itu … serius lho Dul seperti orang menari …. gerakannya dan langkahnya sama … onsisten … apek lho … sepertinya kamu itu menikmati gitu..”.
Dul :” nah ini baru mengamati … gini Mbloh kalau kita ingin menikmati apa yang kita kerjakan, kita harus berani untuk mengatakan tidak pada diri sendiri saat keinginan untuk memegang lebih saat kedua tangan kita telah memegang sesuatu … agar hasilnya sungguh menjadi baik dan bisa dinikmati banyak orang…”.
Gombloh :” benar Dul…intinya tidak usah serakah gitu ya…”.
Dul :” bukan soal serakah Mbloh tapi sadar diri…”.
Gombloh :” aku itu selalu sadar ya Dul “.
Dul :” lha tadi kamu omong kalau aku nyapu seperti menari itu… aku kira kamu lagi mbayangin yang nyapu itu Meice je Mbloh … paling tidak ya mbakyu Prenjak … hhhhhh”.
Gombloh : “Gundul mu Kuwi… Met pagi …. semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita.” (Kamis, 18 Oktober 2018, Romo Andita)