Cerpen Renungan: Berbesar Hati Menerima Perbedaan
[Parokiminomartani.com] – Si Dul yang pulang dari jalan-jalan dengan teman-temannya langsung datang menemui Gombloh yang masih asyik di depan laptopnya, “Ini Mbloh aku bawakan nasi goreng ikan asin pakai Pete.”
Gombloh: “Waaaah … ini yang namanya kalau rezeki emang tidak akan lari ke mana … makacih ya Dul.”
Dul: “Sama-sama Mbloh … kamu kan tahu kemampuan aku pergi pasti akan selalu membawa berkah.”
Gombloh: “Mulai besar kepala kalau gini … tapi tumben kok bawanya nasi goreng ikan asin … pakai pete lagi … ada apa ini?”
Dul: “Makan dulu setelah itu baru nanti aku ceritakan sejarahnya nasi goreng ikan asin pakai pete…”
Gombloh: “Cerita dulu aja Dul … biar makin sedap nanti menikmatinya.”
Dul: “Ya terserah kamu kalau mau menikmati nasi goreng ikan asin pete dingin … tadi itu waktu pesan nasi goreng mereka pada ribut … yang satu maunya nasi goreng ikan asin … satunya maunya nasi goreng pete … tidak mau saling mengalah … ya akhirnya aku yang diminta untuk pesan … lha tak pesankan nasi goreng ikan asin pakai pete … begitu disajikan lha kok malah tidak dimakan … karena ada ikan asin dan pertengahan … ya sudah akhirnya aku bungkus bawa pulang.”
Gombloh: “Lha mereka ga jadi makan Dul?”
Dul: “Ya ga jadi makan … lha itu bagian mereka aku bawa pulang … hhhhh … wis ben dirasakke nak mung menuruti benarnya sendiri-sendiri.”
Gombloh: “Itulah Dul … meskipun sederhana menerima kebenaran dalam perbedaan itu ga mudah … meskipun menerima dan menghidupi kebenaran dalam suatu perbedaan akan lebih indah dari pada memaksa yang lain untuk menerima dan menghidupi kebenaran yang kita yakini.”
Tiba-tiba Tinul datang dan langsung mengambil bungkusan nasi goreng, “Wah makasih banyak ya Dul nasi gorengnya … kamu memang tahu apa yang aku mau.” Sambil berlari Tinul masuk dapur.
Gombloh: “Trembelani Tinul ki … wis-wis … nasibku bakal sama seperti teman-temanmu Dul … ora sido mangan …. Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, 7 Januari 2018, Romo Andita)