Cerpen Renungan: Kebahagiaan dan Rasa Bahagia

[Parokiminomartani] – Menikmati libur di pagi hari sambil minum nasgitel ditemani pisang goreng membuat Gombloh nampak sungguh bahagia. ” waaaah kalau setiap hari begini hidup akan sungguh bahagia…” kata Gombloh pada dirinya sendiri.

Tinul yang kebetulan lewat pulang dari belanja langsung berkomentar :” kalau setiap gini terus ya aku ga akan masak Mbloh…”.

Gombloh kaget yang tahu-tahu muncul Tinul :” ceeeek…hmmmm. senengane ngawe kaget lho … kamu itu Nul..”.

Tinul sambil menaikkan alisnya berkali-kali:  ” aku bukan buat kaget lho Mbloh…itu karena kamu ngalamun yang ga ga….”.

Gombloh :” ora ngalamun ya Nul…hanya membayangkan…kalau setiap hari ini seperti ini waaah enak tenan uripku….”.

Tinul langsung memotong :” enak urip mu Mbloh… kanggone si Dul ya ga enak…”

Gombloh :” kok bisa….”.

Tinul :” ya iyalah Mbloh…lha yang buat nasgitel yang kamu sruput itu… terus yang beli pisang goreng itu …siapa… kan si Dul…”

Gombloh :” hhhhhhh…iya ya Nul…”.

Tinul :” lha iya pah Mbloh….gini loh Mbloh…kebahagiaan itu sebenarnya tidak ada, yang ada hanyalah rasa bahagia, tidak ada kesedihan,  yang ada hanyalah sara sedih. Rasa bahagia atau rasa sedih hanya akan kita rasakan saat hati dan budi kita menerima atau menolak segala sesuatu yang hadir dalam kehidupan kita… lha kalau sekarang kamu bisa menikmati nasgitel dan pisang goreng yang kamu bahagia…sebaliknya kalau kamu menolak ya sedih Mbloh…”.

Gombloh :” lha kalau si Dul menyiapkan seperti ini bahagia ga Nul…”.

Tinul :” ya tergantung…kalau dia mengerjakannya dengan ikhlas ya bahagia…kalau mengerjakannya ga ikhlas yang pasti sedih lah Mbloh…lha tadi kelihatan senyum atau mecucu si Dulnya..”.

Gombloh :” awalnya sih mecucuk tapi setelah aku tambah uang jalan-jalan…jadi tersenyum”

Tinul :” hhhhhhh…dasar Kasdulah…”

Met pagi….semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minggu, 3 November 2019, Romo Andita)

Paroki Minomartani