Cerpen Renungan: Kemapanan dan Sikap Hati
[Parokiminomartani.com] – Tinul tersenyum melihat Si Dul pulang dari warung mbok Darmi sambil merenggut. “Pasti ketemu sang pewarta kabar semu di warung mbok Darmi ini,” guman Tinul dalam hati.
Teriak Dul pada Tinul: “Nul … Sarinul sing mblenuk … besok lagi ga usah belanja di mbok Darmi … cari tempat lain saja.”
Tinul: “Kenapa Dul … pasti ketemu pewarta kabar semu ya … mbakyu Prenjak?”
Dul: “Bukan Nul … bukan yu Prenjak … tapi si Harto.”
Tinul: “Huzzz … mas Harto gitu … sing sopan nak karo wong tuwo.”
Dul: “Sopan apa … lha dia aja orang tua ora ngerti sopan santun kok.”
Tinul: “Pasti mas Harto cerita tentang apa yang dia punya ya.”
Dul: “Bukan hanya cerita yang dia punya tapi soal kikir dan pelitnya itu lho …. lha masak katanya orang kaya … lha beli sayur kok malah minta mbakyu Welas yang bayar … alasannya lupa bawa uang … lha jelas dompet ada di saku celananya.”
Tinul: “Pasti langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih pada mbakyu Welas ya.”
Dul: “Iya Nul kok kamu tahu … berarti sudah sering ya … gitu kok katanya orang yang hidupnya telah mapan … mapan turu iya.”
Tinul: “Sabar Dul … mbakyu Welas aja bisa sabar kok sama dia … mbakyu Welas itu yang hidupnya mapan … karena kemapanan hidup kita bukan terletak dan terlihat dari apa yang sudah kita dapatkan melainkan pada sikap hati kita untuk mampu merasa cukup dengan apa yang ada pada diri kita saat ini.”
Dul: “Hmmmmm … kamu itu juga harus belajar merasa cukup Nul.”
Tinul: “Eit … jangan salah Dul … aku itu sudah merasa cukup ya … cukup mblenuk hihihihihi … Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Minomartani, Kamis, 26 April 2018, Romo Andita)