Cerpen Renungan: Kesadaran Menerima Menuju Perubahan
[Parokiminomartani] – Tinul pulang dari pertemuan dengan ibu-ibu warga kampung sambil ngomel-ngomel. ” wis kalau suruh omong aja pinternya minta ampun… crigisnya ga habis-habis… tapi kalau sudah diminta untuk kerja hmmmm….seperti kethek ketulup… bengong plonga plongo…”
Dul :” huuuzzz… kamu itu kenapa tho Nul… kok bicara seperti itu…”.
Tinul :”kenapa katamu Dul…. lha kamu ga ngerti ya bagaimana menghadapi para kanjeng ratu itu “.
Dul :” siapa kanjeng ratu itu Nul “.
Tinul :” ibu-ibu warga kampung kita itu lho….kan gayanya seperti kanjeng ratu… bisanya hanya crigis dan nyuruh “.
Dul :” lha kan kamu sudah tahu Nul… bagaimana mereka… jadi kenapa harus ngomel-ngomel masuk dapur”.
Tinul :” piye ga ngomel Dul…. mereka kalau crigis itu mintanya perubahan-perubahan… tapi kalau mereka yang melakukan perubahan itu bisanya hanya senyum sambil lirik kanan kirinya…” Sambil Tinul memperagakan
Dul :” wkwkwkwkkk….apek-apek tenan kamu itu Nul :”
Tinul :” apek apanya Dul ”
Dul :” apek cara kamu menirukan mereka itu Nul… hhhhhh… sory… sory… gini lho Nul… kalau mereka itu ya emang bisanya crigis…kalau diminta untuk mengawali perubahan ya pasti ga mampu Nul …jangankan perubahan… lha kesadaran aja mereka belum kok….”.
Tinul :” lha tapi kan mereka sudah sadar Dul.. lha nyatanya mereka ya crigis kok “.
Dul :” ya itulah Nul… kesadaran dan penerimaan diri menjadi langkah awal bagi kita untuk menuju pada perubahan diri untuk mendekatkan diri pada kesempurnaan meskipun perubahan itu sendiri tidaklah dengan mudah akan terjadi karena yang ada sesungguhnya hanyalah kesadaran kita dan kerelaan kita untuk menerima dengan ikhlas akan kenyataan yang kadang berbeda dengan apa yang ada dalam diri kita…”.
Tinul :” berarti mereka itu belum termasuk orang tidak sadar… jadinya bingung ya Dul “.
Dul :” lha jelas meskti ora cetho…. tapi lebih tidak cetho lagi kalau perut itu sudah lapar Nul… lihat kamu itu jadi tidak jelas kabur… ora cetho “.
Tinul :” hayaaah seperti ibu-ibu saja… bisanya hanya crigis ga jelas… ngomong wae kalau sudah lapar Dul … ora usah iyik…”
Met pagi … semoga Tuhan memberkati hidup dan karya kita. (Jumat, 15 Februari 2019, Romo Andita)
foto: Maksimus Masan Kian